Jumat, 30 Juli 2021

SIDATHIAM 310 SC, INSEKTISIDA TIAMETOKSAM UNTUK PERLAKUAN BENIH

FALL ARMY WORM (FRUGIPERDA)


MENGENAL TIAMETOKSAM


Masih satu golongan dengan Imidakloprid, Nitenpiram, Clothianidin, Acetamprid  dan Tiakloprid. Tiametoksam sudah cukup dikenal sebagai bahan aktif perlindungan tanaman dari serangan kutu dan ulat. Sebelumnya bahan aktif ini dikenal pada salahsatu merk dagang untuk perlakuan benih. Dengan kemampuan sistemik dan translaminarnya, bahan aktif iini mampu memberikan perlindungan biji/ benih hingga fase bibit dari serangan hama hingga 21 hari (mulai fase biji hingga tumbuh 2-3 helai daun). 

Bahan aktif Tiametoksam dapat digunakan pada tanaman budidaya dengan biji seperti padi, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, cabai dan jagung. 



PERLAKUAN BENIH


PERSIAPAN DAN TAKARANNYA

Prinsip ukuran biji menjadi patokan. Untuk padi, kedelai, kacang hijau dan cabai dapat menggunakan 2,5-4 ml/kg benih. Untuk jagung dapat digunakan 5-6 ml/kg benih. 
Cara mencampurkannya adalah dengan membuat larutan dengan perbandingan Tiametoksan dicampurkan dengan 20-30 ml air/ kilogram benih.
Kocok dalam plastik dan pastikan larutan merata melapisi benih. Lakukan pengering anginan dan benih siap di tanam atau di semai.

Pengujan proteksi pada benih efektif hingga 3 minggu dan akan menurun efikasi sesudahnya. Perlakuan untuk perlindungan lanjutan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan berkala. Tiametoksam dipilih mengingat bahan aktif ini relatif terjangkau dari segi harga dan mampu memberikan proteksi yang lumayan lama.
Beberapa hama benih/ bibit muda yang biasa menyerang di antaranya: Semut, Kutu daun lalat bibit, wereng daun dan ulat.

Pada serangan ulat grayak jagung, penggunaan metode seed treatment menggunakan Tiametoksam mampu mengendalikan FAW (ulat frugiperda) hingga instar 3.
Solusi murah untuk perlindungan hama perusak tanaman mulai fase benih, bibit, vegetatif dan generatif.
Insektisida kelas neonocotinoid dikenal sebagai golongan jenis baru yang lebih aman dibandingkan karbamat ataupun organofosfat kepada penggunanya. 
Hanya saja meskipun lebih aman, neonicotinoid berbahaya bagi koloni penusuk penghisap seperti lebah. 
Hama penusuk penghisap, pengorok dan pemakan daun mudah dikendalikan dengan menggunakan Tiametoksam.



SIDATHIAM 310 SC



Gambar: Efektifitas pengendalian ulat menggunakan tiametoksam 


SALAM MERDESA
PETANI SEJAHTERA BANGSA BERJAYA



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar