
Dalam budidaya tanaman padi, selain hama dan penyakit seringkali petani dihadapkan dengan masalah gulma. Keberadaannya yang tidak dikehendaki dan terdapat banyak di lahan persawahan akan menyebabkan kompetisi penyerapan hara tanaman dan hingga akhirnya mengurangi kemampuan pertumbuhan dan produktifitas tanaman padi.
Ada beberapa jenis gulma dominan yang sering kali tumbuh di areal persawahan di antaranya jenis
A. GULMA DAUN LEBAR
Tumbuhan ini pada umumnya berdaun lebar bisa tipis atau juga
berbulu dan di lapisi lilin.
Contohnya :
Contohnya :
Marsilea crenata Prest.
Semanggi ( sunda ), Semanggen ( Jawa ),
Monochoria
vaginalis ( Burm .f ) Presl,
Eceng lembut ( sunda ),
Bengok ( Jawa ).
Ciri-ciri: berdaun panjang, lurus , urat- urat daunnya sejajar
batangnya bulat dan berongga contohnya:
Echinochloa colonum ( L
) Lin ,
Jajagoan leutik (sunda),
Tuton (jawa),
Echinochloa crusgalli (P)
Beauv,
Jajagoan (sunda)
Gagajahan (sunda),
Jawan.(jawa)
Leptochloa chinensis
Timunan (jawa)
Tumbuhan ini serupa dengan rumput, bedanya adalah daunnya berjajar tiga dan batangnya berbentuk segi tiga serta tidak berongga. Mempunyai rhizoma (akar tinggal), yang berbeda – beda bentuknya sesuai dengan fungsinya, yakni untuk penyimpanan makanan dan untuk pembiakan. Contohnya :
Tumbaran (Jawa ),
Jenis-jenis gulma dominan inilah yang seringkali tumbuh di lingkungan budidaya tanaman padi.
Bagaimana mengendalikannya?
Dalam mengendalikan gulma di areal persawahan, kita mengenal ada 2 metode yaitu metode manual (mencabut langsung baik dengan atau tanpa alat misal: gosrokan) dan dengan menggunakan herbisida,
Sebelumnya kita telah mengenal istilah herbisida kontak dan herbisida sistemik. Kali ini kita akan mengenalkan dua tipe aplikasi herbisida yaitu pre emergence dan post emergence.
Herbisida Pre emergence/ pra tumbuh
adalah herbisida yang cenderung diaplikasikan Pada saat gulma belum tumbuh atau masih dalam bentuk biji dalam tanah.
Pada kondisi ini ada juga yang diistilahkan (pre late atau early post), artinya herbisida ini masih bisa mengendalikan gulma ketika masih baru tumbuh daun 1-2 helai pada kondisi awal.
Herbisida pre emergence biasa juga disebut herbisida pembeku biji atau herbisida tanah. Ketika herbisida di aplikasikan pada lahan maka biji gulma tidak akan bisa berkecambah, ataupun ketika berkecambah dan menyentuh permukaan tanah dia akan segera mati. Kecenderungan jenis herbisida ini bersifat sistemik dan membutuhkan kondisi tanah yag lembab/ sedikit basah tapi tidak menggenang.
adalah herbisida yang cenderung diaplikasikan Pada saat gulma belum tumbuh atau masih dalam bentuk biji dalam tanah.
Pada kondisi ini ada juga yang diistilahkan (pre late atau early post), artinya herbisida ini masih bisa mengendalikan gulma ketika masih baru tumbuh daun 1-2 helai pada kondisi awal.
Herbisida pre emergence biasa juga disebut herbisida pembeku biji atau herbisida tanah. Ketika herbisida di aplikasikan pada lahan maka biji gulma tidak akan bisa berkecambah, ataupun ketika berkecambah dan menyentuh permukaan tanah dia akan segera mati. Kecenderungan jenis herbisida ini bersifat sistemik dan membutuhkan kondisi tanah yag lembab/ sedikit basah tapi tidak menggenang.
Contohnya:
- Triasulfuron (Logran 75 WG)
- Etyl pirazosulfuron (Tygold)
- Oksadiazon (Runstar 300 EC, Rudstar 250 EC)
- Kuinklorak (Sidasoft 25 WP)
Metil Metsulfuron (Medally 20 WG)
Herbisida Post emergence/ purna tumbuh
adalah herbisida yang diaplikasikan pada saat kondisi gulma telah tumbuh aktif. Pada kondisi ini herbisida ada yang wajiib dipersyaratkan penggunaan harus pada kondisi tumbuh awal (3-4 helai) atau sampai dengan yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
adalah herbisida yang diaplikasikan pada saat kondisi gulma telah tumbuh aktif. Pada kondisi ini herbisida ada yang wajiib dipersyaratkan penggunaan harus pada kondisi tumbuh awal (3-4 helai) atau sampai dengan yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
Contohnya:
2,4 D Amina
(Sidamin 865 SL, Minda 720 SL, Damin 875 SL)
Bispiribak Sodium
(Prassida 125 SC)
(Gulma Teratasi Tanpa Stagnasi)
Fenoxaprop -p- etyl
(Starjos 125 EW, Rumpas 120EW)
- Pengolahan lahan dengan melakukan proses dekomposisi bahan organik tanah secara sempurna.
- Gunakan pupuk organik yang telah matang dan hindari menggunakan pupuk organik yang memiliki potensi tercampur biji gulma.
- Gunakan herbisida pre emergence/ pra tumbuh yang dikombinasikan dengan purna tumbuh untuk memperluas spektrum pengendalian dan menekan perkecambahan gulma.
- Lakukan pengendalian ketika gulma tumbuh aktif (3-4) helai untuk menghindari stagnasi (keracunan pada tanaman pokok) dan pemborosan biaya atau ketidakefektifan herbisida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar