Kejadiannya sekitar tahun 1988, waktu itu aku masih berusia 9 tahun. Biasalah anak-anak sukanya main mulai mencari ikan (ngubek), mencari buah cherry atau biji selebese yang banyak tumbuh di telaga.Mungkin tidak banyak yang tau hingga saat kejadian itu.
Awalnya aku dan kakakku memang sering hanya melewati rumpunan pohon ental atau kalau orang kebanyakan menyebutnya lontar yang biasanya diambil cairannya untuk minuman legen. Kami tak pernah menghampiri atau sekedar berhenti di situ karena kesannya wingit sih...pohonnya sudah kelihatan berumur tua nampak dari diameter batangnya yang sangat besar dan semak-semak yang tumbuh di pasir bawahnya. Kami seringkali kalau lewat hanya meliriknya bahkan harus melewatinya dengan berlari membawa jerigen 5 liter minyak gas yang kami beli dari warung minyak di ujung kampung.
Masih ingat waktu itu hari Sabtu, entah kenapa rombongan kawan-kawanku mengajak mencari Kijing/ kulit teripang mati yang banyak hidup di telaga kaliotik itu.
Tidak ada yang aneh mungkin, hanya karena kami berenam makanya seakan rasa takut itu hilang. tak terasa saking asyiknya kami mencari buah cerry yang banyak tumbuh liar di sekitaran telaga itu, dan diakhiri hingga sore kami mencari kulit teripang mati yang banyak teronggok sisa pencari ikan yang biasanya menjaring dan mendapati menempel di keramba-keramba bambu di telaga.
Waktu itu aku dan kakakku pamit pulang duluan hingga tidak tau siapa lagi yang masih tertingga di tempat "sangar" itu.
Selepas maghrib waktu itu saat aku di beranda terdengar suara...."Le...Mas Iwan", suara Iyang Nur memanggilku sambil melambaikan tangannya.
"Nggih Yang" sahutku.
"Tadi nggak lihat si Yuyun?" tanyanya singkat.
"Tadi siang main sama aku Yang, di telaga, belum pulang ya?", tanyaku heran.
"Belum", jawabnya singkat dengan muka khawatir.
"Pak, dicari saja ke telaga" suara Iyang putri yang menyuruh Yangkung Nur.
Tak berapa lama nampak dari kejauhan Yangkung nur menggelendeng yuyun yang terlihat nangis dan meronta.
"Ayo pulang nduk wis malam, ini udah gelap, besok main lagi"
Nampak Yangkung Nur membawa selendang untuk menarik yuyun yang nampak bertingkah aneh itu.
Sekitar pukul 11 an malam terdengar pintu rumahku diketok orang dari luar, "pak pono...pak pono, nderek tulung", suara orang dari luar rumah.
Rupanya itu suara Yangkung Nur yang sedang resah. Bapakku waktu itu masih belum tidur segera bergegas keluar. "Ada apa Yang?, malam-malam begini?" tanya Bapakku.
"Ini, si Yuyun tadi sore kan aku bawa pulang dari telaga, ternyata ini tadi aku lihat di kamarnya sudah gak ada lagi. Bisa dikawani aku ke telaga nyari anak itu?" bawakan senter ya gelap.
"Apa iya malam-malam gini ke telaga?" tanya Bapakku.
"Tadi waktu aku ajak pulang, dia bilang katanya sedang main sama kawannya yang rumahnya situ, padahal di telaga kan gk ada rumah dek. Pasti itu penunggu telaga yang berbuat aneh-aneh"cerita Yangkung Nur singkat.
"Di pohon siwalan itu kan rumahnya wewe gobel pak pono", suara yangkung Nur berbisik.
"Sudah, tidur saja gak usah ikut" kata Bapakku sambil menyelampingkan sarung dipunggungnya menggenggam senter berangkat ke telaga.
"Iiiih, ya takutlah kalau ikut, orang siang saja serem apalagi malam, pikirku dalam hati.
Sesaat aku kembali tertidur, tak berapa lama aku mendengar suara "tang teng tang teng" seperti suara panci dan penggorengan yang ditabuh berisik. dan jumlahnya banyak sekali.
Dari balik kelambu aku mengintip ternyata orang kampung pada rame-rame berkeliling sambil membunyikan tabuhan alat-alat dapur.
"Ada apa buk, kok rame?" tanyaku pada Ibukku yang segera dijawabnya dengan suruhan menuju kamar kembali tidur.
Sayup-sayup, aku dengar suara Bapakku. "Sudah ketemu, rupanya dia disembunyikan di kolong kasur, padahal tadi sudah di cari berkali-kali gak ada".
"Memangnya kelihatan wewe gombelnya Pak?" terdengar suara Ibukku bertanya.
"Gak ada, sudah tidur saja, besok ceritanya" jawab Bapakku yang kemudian segera mengunci pintu berangkat tidur..
Keesokan paginya nampak Yangkung Nur ke rumah sambil bawa sepiring bubur selamatan. "ini buat selamatannya yuyun, alhamdulillah semalam cepat ketemu, kalau tidak mungkin sudah pindah alam lain anak itu" celoteh Yangkung Nur.
Oh iya,aku lupa cerita, Yangkung Nur itu sebenarnya seorang praktisi siritual di kampungku yang biasanya suka dimintai pertolongan orang kalau ada kejadian-kejadian ghaib di kampung kami. Rupanya yang terjadi semalam karena wewe gombel penunggu pohon lontar di telaga kaliotik yang berulah. Alhamdulillah bukan nak Iwan yang di bawa kabur di umpetin diteteknya. "Iiiiih, serem gak mau ah" jawabku sambil ngumpet di belakang punggung Ibukku yang ikut menemui Yangkung Nur waktu itu.
Pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian itu adalah, supaya kita jangan mengusik tempat tingaal makhluk itu supaya dia tidak berulah.
"Sama waktu kejadian jeng Endang tempo hari yang melempar pampers ke tambak akhirnya kesurupan, lah wong pampers barang kotor nemplok di hidangan keluarga bangsa jin penunggu tambak, ya pasti marah" ceritanya.
Oh iya, kampungku memang meskipun dekat dengan jalan raya, karena banyak pohon-pohon besar dan tempat wingit masih cukup menyeramkan bagi kami orang-orang kampung yang menghuninya.
Wewe gombel semalam ternyata menangkap yuyun dan di sembunyikan di balik teteknya yang besar, jadi meskipun ketika dicari sama warga kampung tetap tidak kelihatan. Untungnya ketemu Yangkung Nur.
Udah ah, gak lagi-lagi main di telaga takut di gondol wewe gombel.
Menurut cerita si Yuyun, wewe gombel itu perempuan dengan kulit keriput dan berambut panjang tapi "maaf" teteknya buesar menjuntai, itu yang dipakai dia menyembunyikan anak kecil yang diculiknya...
Baca juga:
Salam dari Kampung Kaliotik
#kisahmenyeramkan#kisahhoror#kisahnyata#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar