
Dalam budidaya pertanian, seringkali petani lebih mudah mengendalikan hama dan gulma dibandingkan penyakit. Kenapa bisa?
Penyakit tanaman pada penampakan bentuknya tidak bisa di amati fisiknya secara langsung tanpa menggunakan alat bantu. Adanya bentuk yang muncul dan menjadi sinyalemen atau pertanda lebih pada dampak atau akibat serangan penyakit tersebut.
Beberapa penyakit penyebab tular tanah antara lain:
Fusarium Oxsporum, Ralstonia Solanacearum, Rizoctonia Solani,
Phytopthora Infestans dan lain-lain
Kalau disebut sebagai pengendalian memang lebih efektif dengan cara pencegahan dan hal itu tidak akan berhasil jika serangan telah melewati 30 (tigapuluh) persen.
Selama ini penggunaan fungisida kimia sering dijadikan solusi akhir akan tetapi semakin akhir penggunaan bahan kimia untuk mengatasi penyakit tanaman semakin tidak efektif. Ditambah lagi penggunaan fungisida kimia mengakibatkan resistensi dan meninggalkan residu yang susah dihilangkan.
Bagaimana solusinya?
Sebelum membicarakan solusi, perlu kita ketahui macam-macam penyakit tanaman.
Dalam dunia tanaman secara umum penyakit pada tanaman ada 3 macam..yaitu Jamur, Bakteri dan Virus. Untuk pengendalian makhluk tak kasat mata ini seringkali petani menggunakan antibiotik. Akan tetapi regulasi terbaru menyebutkan jika beberapa bahan kimia bersifat antibiotik dilarang digunakan pada tanaman. Hal ini disebabkan tingkat residu antibiotik seperti halnya pada hewan budidaya, pada tanaman juga akan menimbulkan residu atau akumulasi. Dampak jangka panjang adalah..."kanker" ya itu resikonya.
![]() |
Bagaimana jika antibiotik diambil dari ekstraksi mikroba berupa enzim?
Bisa sih, hanya saja metode ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dan butuh teknologi lanjutan untuk menghasilkannya.
Solusi terbaik adalah dengan menambahkan mikroba bermanfaat untuk menekan pertumbuhan mikroba patogen. Apakah bisa?
Sangat bisa sekali jika di lingkungan sekitar kita kaya akan material organik. Mikroba patogen memang sangat berbahaya jika kondisinya mempengaruhi langsung ke tanaman. Bisa menurunkan kualitas hasil bahkan hingga menyebabkan kematian. Kalau di rata-rata tingkat kerusakan akibat penyakit tanaman lebih berdampak besar jika dibandingkan dengan kerusakan akibat hama. Kelemahannya lagi adalah serangan penyakit akan sangat suit dikendalikan jika sudah memasuki stadium lanjut. Jika paparan sudah lebih dari dua pulu persen maka akan sangat sulit mengatasinya. Kalau bisapun akan membutuhkan biaya yang lebih besar dan sering tidak sebanding dengan hasil panen yang diperoleh.
Beberapa contoh penyakit yang berdampak besar semisal tungro pada tanaman padi bulai pada tanaman jagung atau layu fusarium pada kentang. Pada tanaman tahunan kita juga mengenal penyakit busuk buah yang masih menjadi momok menakutkan dan penyebab kerugian besar dalam budidaya.
Kalau disebutkan pengendalian dengan bahan kimia sedikit banyak memang bisa mengatasi penyakit tanaman, akan tetapi resiko biaya dan dampak residu akan menjadi kendala lain.
Trichosida sebagai jenis fungisida bio akan memiliki keunggulan karena dia berasal dari 3 (tiga) jenis mikroba indigenous Indonesia yang memiliki sifat menekan patogen dengan masing-masing keunggulannya. Bacillus sp sudah di kenal sebagai mikroba anti patogen handal dengan dikombinasikan Trichoderma sp yang tidak diragukan lagi kemampuannya. Pada hasil terbaru, jenis Gliocladium sp memiliki kelebihan dan fungsi yang lebih kuat dibandingkan dengan trichoderma.
Mungkin sebelumnya sudah ada beberapa produk mikroba yang dijual tunggal entah itu Bacillus sp, Trichoderma sp atau Gliocladium sp. Kalau di kombinasikan ? pasti hasilnya luar biasa...
"Trichosida, pada pengujian penyakit jamur akar putih (JAP)yang terkenal bandel pada tanaman karet sangat efektif berdasarkan pengujian di fase pembibitan polybag maupun tanaman di lahan. Pemberian 10 gram Trichosida per bibit dalam polybag yang bisa dicampurkan dengan pemberian pupuk organik atau dengan kocoran pengairannya sudah menunjukkan hasil pada aplikasi ke 3-4 dengan interval 7 harian.
Pemberian Trichosida sebagai langkah pencegahan pada pembibitan karet perlu ditempuh untuk mengurangi potensi tertular jamur akar putih ini. Khususnya di daerah-daerah pandemi penyakit ini perlu intensif dilakukan. Penambahan takaran antara 10-25 gram per polybag dapat menyesuaikan usia tanaman dan dapat di maksimalkan hingga 100 gram per pokok pohon pada tanaman di lahan langsung.
Kondisi pertumbuhan mikroba trichosida sangat tergantung pada ketersediaan material organik di sekitarnya sebagai media pertumbuhan. Untuk meningkatkan potensi perkembangbiakannya maka dipastikan kondisi tanah sekitar perakaran dalam posisi tidak kering dan tidak terlalu basah/ menggenang.
Bagaimana dengan penggunaan pada tanaman semusim?
Trichosida dapat digunakan dengan pencampuran pemberian pupuk organik pada persiapan media tanam atau dengan penaburan langsung di sekitar perakaran tanaman. Tanaman kentang dan bawang atau cabai dan tomat dapat terhindar dari busuk akar dan busuk batang. Sekelas layu fusarium dan penyakit tular tanah lainnya sangat berbahaya jika tidak dikendalikan dan dengan penggunaan trichosida dengan interval 7-14 hari sangat membantu proteksi tanaman sehat dan penyembuhan tanaman yang sudah terserang penyakit. Pencampuran 3-5 gram/ kilo pupuk tabur cukup untuk perlindungan tanaman dan dapat pula diaplikasikan dengan melarutkan dengan air 3-5 gram/ liter air.
Pengalaman dari seorang petani cabai yang musim sebelumnya gagal total akibat tanamannya kena penyakit layu. Dari hasil pengaplikasian trichosida hingga saat ini petik yang ke delapan tanaman cabainya aman dan tidak ada satupun yang layu. Pada aplikasi kombinasi dengan pupuk sidanik cair makim mantab saja karena nampak daun tanaman lebih hijau segar dan lebar lebar. Jumlah bunga dan buah pun lebih lebat dan tidak mudah rontok.
Tertarik untuk mencoba bio fungisida ini?
Silahkan menghubungi petugas Petrosida Gresik setempat dan laksanakan metode demplot bersama jika memungkinkan.
SALAM MERDESA
Bangga Jadi Petani
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya.
Baca Selanjutnya: Pupuk Mikroba Unggul Saptabio