Sebagai salah satu komoditi andalan di dataran tinggi, tanaman kentang adalah komoditi strategis yang memiliki nilai ekonomis tingkat atas. Nilai jual yang tergolong tinggi menyebabkan para pembudidaya kentang dikenal sebagai para juragan dengan pendapatan besar seperti halnya komoditi pertanian cabai dan bawang merah.
Pada pemeliharaannya, sama seperti halnya jenis tanaman hortikultura sayur seringkali tanaman kentang dihadapkan pada kendala penyakit yang seringkali sulit untuk ditanggulangi. Pada budidaya tanaman kentang "embun tepung dan hawar daun adalah penyakit yang seringkali menjadi momok dan penyebab kehilangan hasil panen terbesar. Penyakit yang disebabkan jamur ini sangat cepat menyebar dan sulit dikendalikan jika terlambat penanganannya. Selama ini jenis fungisida kontak dan sitemik yang digunakan dari bahan aktif kebanyakan memang masih belum mampu menanggulangi penyakit ini secara efektif.
Tercatat beberapa fungisida untuk pertanaman kentang yang banyak digunakan oleh petani budidaya kentang di antaranya makkozeb karbendazim, klorotalonil, simoksanil dan tembaga. Pada penggunaannya fungisida-fungisida golongan bahan aktif terdahulu sudah mulai ditinggalkan oleh pembudidaya kentang mengingat terjadinya penurunan efektifitas pengendaliannya yang terjadi secar bertahap. Kondisi secara protektif kadangkala terlalu menghabiskan waktu dan tenaga hingga jenis bahan aktif terbaru di kenalkan.
Cyazofamid dan Dimetomorf adalah golongan bahan aktif protektif dan kuratif yang terbukti sangat efektif sebagai fungisida pemukul khususnya golongan jamur type oomycetes. Cyazofamid bekerja secara kontak sistemik terbatas sehingga penyebaran di jaringan tanaman lebih terbatas pada jaringan yang terkena semprot dan sekitarnya. Efek pengendaliannya sangat cepat dan dapat terlihat dalam sehari.
Cara kerja cyazofamid adalah dengan menghambat tahap pertumbuhan/perkembangan sporulasi jamur, oleh karena itu dipastikan bagian yang terserang dapat terpapar semprotan secara langsung agar cara kerjanya lebih efektif. Cyazofamid bersifat kuratif cepat atau pemukul dan memilili daya rekat ke permukaan daun yang lebih baik sehingga relatif lebih tahan terhadap hujan.
Berdasarkan perhitungan waktu, cyazofamid efektif bekerja memberikan perlindungan 10-14 hari setelah aplikasi. Untuk meningkatkan efektifitas pengendaliannya, kombinasi dengan dimetomorf yang memiliki sistem proteksi sistemik sangat dianjurkan.
Selama ini bahan aktif dimetomorf dikenal efektif untuk menanggulangi penyakit bulai pada jagung. Fungisida ini memiliki spektrum pengendalian yang luas baik untuk tanaman sayuran maupun tanaman pangan. Cara kerja bahan aktif ini dengan mengganggu metabolime jamur dengan menghancurkan dinding selnya.
Kombinasi bahan aktif yang menarik dan efisien, mengingat fungisida ini dapat diaplikasikan sejak awal sebagai protektif maupun mengatasi serangan penyakit pada titik pangkalnya secara langsung.
Permukaan bagian daun yang terkena penyakit akan langsung menjadi kering sehingga potensi penyebaran baik melalui masuk di jaringan, paparan melalui kontak atau sentuhan baik memalui tangan, alat ataupun gesekan daun yang terkena angin dan limpasan hujan dapat diminimalkan.
Permukaan daun yang terkena penyakit dan terpapar oleh penyemprotan fungisida ini dalam hitungan 1 x 24 jam sudah mengering. Hal ini menunjukkan tingkat pengendalian penyakitnya berjalan efektif.
Ada beberapa merk fungisida dengan bahan aktif keduanya baik bersifat tunggal maupun kombinasi. Cyazofamid dikenalkan untuk digunakan di Indonesia baru sekitar 5 tahun ke belakang dan melengkapi penggunaan dimetomorf yang lebih dulu ada.

Ada 2 (dua) merk yang di kenal handal dan sedang naik daun saat ini dengan kombinasi dua bahan aktif tersebut.
Fungisida Keystone 100/300 SC. Penggunaan dosis 100 ml per 200 liter air, keystone efektif dalam menanggulangi penyakit bercak hawar daun khususnya di tanaman kentang.
Downmid 100/300 SC fungisida sejenis produksi PT Petrosida Gresik yang secara bahan aktif dan konsentrasi tidak berbeda dengan fungisida sebelumnya. Anjuran pemakaiannya adalah 250 ml/ tangki atau 500 ml/hektar. Penyemprotan dengan menggunakan volume semprot yang berbeda tentunya menyesuaikan kebiasaan petani dan jenis komoditi atau penyakit yang ditangani.
Berdasarkan penggunaan di lapangan, fungisida jenis ini diaplikasikan di beberapa jenis tanaman seperti kentang, cabai, tomat, bawang, semangka, bahkan padi dan jagung.
Kebanyakan petani yang tidak mau mempertaruhkan resiko keberhasilan budidaya tanamannya akan memilih fungisida ini meskipun harganya sedikit lebih tinggi. Pada kemasan 100 ml produk fungisida ini dijual di kisaran harga 80-115 ribu.
Kelebihan dari fungisida downmid jika dibandingkan dengan keystone adalah tingkat kecepatan pengendalian dan kemampuan recovery/ pemullihan yang lebih cepat. Dari pengakuan kelompok petani yang telah melakukan perbandingan aplikasi keduanya menyampaikan secara kemampuan dan kelebihannya, fungisida downmid masih lebih baik beberapa tingkat di atas keystone kendati dari sisi harga memang sedikit lebih mahal.
Pemilihan fungisida adalah selera dan menyesuaikan budget dari masing-masing petani. Formula produk tentunya menjadi rahasia tersendiri dari masing-masing perusahaan. Seperti pepatah mengatakan "Ono rego ono rupa" artinya harga yang lebih tinggi tentunya di harapkan memberikan hasi yang lebih baik. Dari laporan pencatatan penjualan dari masing-masing produk ini memang menunjukkan tren yang semakin menaik.Untuk daerah dengan luasan lahan besar, Downmid lebih unggul seperti di daerah pengalengan Jawa barat, Dieng Jawa tengah dan Nongko jajar Jawa timur.
Beberapa gambar hasil dari penggunaan kedua fungisida ini bisa dilihat dari foto-foto berikut:
![]() |
HASIL APLIKASI DOWNMID-1 |
![]() |
HASIL APLIKASI DOWNMID-2 |
![]() |
HASIL APLIKASI KEYSTONE |
Dari visual hasil, aplikasi menggunakan downmid memberikan efek yang lebih baik dari kenampakan daun yang lebih mulus, hijau dan nampak utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar