Minggu, 26 September 2021

Hantu Buntelan itu Jelmaan Si Mardun

Gambar Ilustrasi


Kejadian ini menceritakan tentang kisah seram yang terjadi di salah satu kecamatan di Kabupaten Lamongan. "Ngerti di mana letak Kecamatan Deket?, iya di salah satu Desa di Kecamatan ini tempat kejadian ini bermula".

Sebenernya sebelumnya tanda-tanda ketidak wajaran itu sudah muncul sejak prosesi pemakaman kang Mardun. Awalnya ketika keranda itu terjatuh saat prosesi iring-iringan jenazah itu menuju makam. "Astaghfirullah, ternyata jenazah di berangkatkan posisinya terbalik karena dari awal tadi posisi kakinya yang di payungi.

Proses penggalian makam itu juga terhalang karena air yang selalu keluar dari lubang, dan maaf ya..baunya busuk seperti bau bangkai, entah dari mana sumbernya. 

Kang Mardun yang meninggal, siapakah dia kok sampai segitunya. Awal cerita sebenarnya dia itu warga biasa hanya saja kebiasaan jeleknya yang suka rente atau meminjamkan uang berbunga. Bunganya itu yang kadang ibaratnya mencekik leher, sampai ngap-ngapan buat orang  yang meminjamnya.  

Konon karena dari lubang makamnya yang tergenang air itu pula jadi jenazahnya harus dibungkus plastik supaya tidak langsung basah kena air, dan juga harus dikasih pemberat supaya masuk ke bawah karena genangan air selalu mengangkat jenzahnya ke atas. 

Prosesi pemakaman yang tidak biasa itu yang bisa juga disebut "janggal". Setelah lepas malam jum'at tanggal kematiannya ternyata ada kejadian yang tidak akan dilupakan oleh warga Desa itu.

"Pernah dengar nama Hantu Buntelan?"

"Buntelan itu apa ya?" tanya kang Parman pada Yu Paijah saudara kandung tempat dia berkunjung.

"Buntelan itu pembungkus kang, seperti kalau buat bekal atau bontotan itu loh kang", cerita Yu Paijah singkat.

"Memangnya ada apa dengan Buntelan itu Yu? tanya dia lagi,

"Di kampung ini ada hantu buntelan" bisiknya pelan. Kakang jangan manggil nama yang sudah meninggal ya kalau gak ingin dia ke sini ujar Yu Paijah sambil menyilangkan telunjuknya di mulut tanda dia.

"Sudah malam, takut kalau ngomongin itu" lanjut dia. 

"Aku tidur dulu ya Kang"...sambil menggelar tikar pandan di lantai kamar. 

"Kok tidur di bawah?" tanya kang Parman. 

"Takut" dia sukanya mbuntel yang tidur di atas".

Dari cerita warga, rupanya sudah 4 (empat) orang yang meninggal menyusul kepergian kang Mardun, dan semuanya meninggal dengan mata terbelalak dan mulut menganga seakan kehabisan nafas. 

Mungkin sekitar pukul 1 dini hari sayup terdengar suara kain menyeret lantai, dan saat itu entah kenapa suasana sangat hening. Saat tepat melihat jam dengan langkah pelan kang Parman membawa lampu templok menuju arah bilik kamar mandi yang ada di belakang rumah.

Setengah terkaget karena kang Parman saat melewati kamar Yu Paijah yang tak tertutup dia melihat ada selembar kain putih yang membentang di dekat Yu Paijah yang tengah tertidur itu. Tapi kenapa posisinya di atas dipan dan bukan dilantai seperti awal tadi.

"Astaghfirullah" kain putih lusuh iu ternyata langsung menggulung dan membekap yu Paijah yang sedang tertidur, dan tak seberapa lama nampak tubuh yu Paijah meronta-ronta berusaha melepaskan belitan kain putih itu.

Kang Parman dengan segeneap keberanian yang dikumpulkannya langsung berteriak dengan bertakbir menjambak kain itu dan berusaha melepaskan tubuh yu Paijah. "Allahu Akbar...Allahulaillaha illa huwal hayyul qoyyum"...keras mulutnya melafalkan ayat kursi. nampak kain itu mulai melonggar dan melipir di lantai keluar dari sela-sela pintu keluar. Bergegas kang parman menyabetkan lampu temploknya ke luar membuka pintu dan benar di depan Pintu nampak sesosok tubuh berbalut kain putih dan yang tak lain adalah kang Mardun yang sudah satu minggu meninggal seminggu kemarin.

"Sudah..sudah..pulang ke alammu...teriak Kang Parman. Sekelibat sosok putih itu menghilang sebelum dia bersuara berat.

"Bilang agar tukang adzanmu jangan pakai loudspeaker lagi, sakit kupingku...

"pssst...rupanya dia takut dengan suara adzan.

".

Sontak kang Parman adzan keras-keras "Allahu akbar..Allaaaahu Akbar....

Selang beberapa menit kemudian suara ayam berkokok bersautan dan warga mulai banyak berkumpul menuju rumah yu Paijah.

"Ada apa kang parman, kok jam 1 begini azan...ada angin apa ini? ramai suara warga.

"Iiiii...itu kang barusan ada hantu buntelan mau mbungkus yu paijah"

"Itu orangnya masih di dalam ayo ditolong", ajak kang Parman.


Ramai, heboh ibu2 juga pada berdatangan.

"Yu..,piye Yu, ono opo" tanya mereka sambil merangkul tubuh yu Paijah yang nampak terduduk ketakutan.

"Aaaa..aku tadi dibuntel kain kayaknya dia mau matiin aku, untung ketahuan kang Parman" ceritanya.

"tadi terus gimana kang" tanya warga.

"Rupanya hantu buntelan itu gawenya si Marbun Bapak Ibu"....

"Tadi aku sempat mergokin badannya di luar, katanya dia mesen kalau adzan jangan pakai loudspeaker karena dia kesakitan kalau dengar adzan dari langgar" makanya langsung aku adzan keras-keras. 

"Kalau mau gak ribut lagi mungkin coba digali saja lagi kang, disempurnakan penguburannya kemarin. lepasin tali pocongnya yang belum dilonggarin karena terbungkus pastik" usul pak mudin.

Pagi itu juga warga barengan menggali kembali makam yang sudah seminggu itu dan membedah plastik serta melepas ikatan tali kafannya.

Semenjak peristiwa itu hantu kang Mardun tidak pernah lagi menampakkan diri dan suasana desa itu kembali tenang.

Baca juga: https://www.guntursulistiawan.com/2021/09/wewe-gombel-penunggu-pohon-siwalan.html


#kisahmenyeramkan#kisahhoror#kisahnyata#

TAMAT



Sabtu, 18 September 2021

Wewe Gombel Penunggu Pohon Siwalan Telaga Kaliotik

 


Gambar Ilustrasi

Kejadiannya sekitar tahun 1988, waktu itu aku masih berusia 9 tahun. Biasalah anak-anak sukanya main mulai mencari ikan (ngubek), mencari buah cherry atau biji selebese yang banyak tumbuh di telaga.Mungkin tidak banyak yang tau hingga saat kejadian itu. 

Awalnya aku dan kakakku memang sering hanya melewati rumpunan pohon ental atau kalau orang kebanyakan menyebutnya lontar yang biasanya diambil cairannya untuk minuman legen. Kami tak pernah menghampiri atau sekedar berhenti di situ karena kesannya wingit sih...pohonnya sudah kelihatan berumur tua nampak dari diameter batangnya yang sangat besar dan semak-semak yang tumbuh di pasir bawahnya. Kami seringkali kalau lewat hanya meliriknya bahkan harus melewatinya dengan berlari membawa jerigen 5 liter minyak gas yang kami beli dari warung minyak di ujung kampung.
Masih ingat waktu itu hari Sabtu, entah kenapa rombongan kawan-kawanku mengajak mencari Kijing/ kulit teripang mati yang banyak hidup di telaga kaliotik itu. 
Tidak ada yang aneh mungkin, hanya karena kami berenam makanya seakan rasa takut itu hilang. tak terasa saking asyiknya kami mencari buah cerry yang banyak tumbuh liar di sekitaran telaga itu, dan diakhiri hingga sore kami mencari kulit teripang mati yang banyak teronggok sisa pencari ikan yang biasanya menjaring dan mendapati menempel di keramba-keramba bambu di telaga. 
Waktu itu aku dan kakakku pamit pulang duluan hingga tidak tau siapa lagi yang masih tertingga di tempat "sangar" itu.
Selepas maghrib waktu itu saat aku di beranda terdengar suara...."Le...Mas Iwan", suara Iyang Nur memanggilku sambil melambaikan tangannya.
"Nggih Yang" sahutku.
"Tadi nggak lihat si Yuyun?" tanyanya singkat.
"Tadi siang main sama aku Yang, di telaga, belum pulang ya?", tanyaku heran.
"Belum", jawabnya singkat dengan muka khawatir.
"Pak, dicari saja ke telaga" suara Iyang putri yang menyuruh Yangkung Nur.
Tak berapa lama nampak dari kejauhan Yangkung nur menggelendeng yuyun yang terlihat nangis dan meronta. 
"Ayo pulang nduk wis malam, ini udah gelap, besok main lagi" 
Nampak Yangkung Nur membawa selendang untuk menarik yuyun yang nampak bertingkah aneh itu.
Sekitar pukul 11 an malam terdengar pintu rumahku diketok orang dari luar, "pak pono...pak pono, nderek tulung", suara orang dari luar rumah.
Rupanya itu suara Yangkung Nur yang sedang resah. Bapakku waktu itu masih belum tidur segera bergegas keluar. "Ada apa Yang?, malam-malam begini?" tanya Bapakku.
"Ini, si Yuyun tadi sore kan aku bawa pulang dari telaga, ternyata ini tadi aku lihat di kamarnya sudah gak ada lagi. Bisa dikawani aku ke telaga nyari anak itu?" bawakan senter ya gelap.
"Apa iya  malam-malam gini ke telaga?" tanya Bapakku.
"Tadi waktu aku ajak pulang, dia bilang katanya sedang main sama kawannya yang rumahnya situ, padahal di telaga kan gk ada rumah dek. Pasti itu penunggu telaga yang berbuat aneh-aneh"cerita Yangkung Nur singkat.
"Di pohon siwalan itu kan rumahnya wewe gobel pak pono", suara yangkung Nur berbisik.

"Sudah, tidur saja gak usah ikut" kata Bapakku sambil  menyelampingkan  sarung dipunggungnya menggenggam senter berangkat ke telaga.
"Iiiih, ya takutlah kalau ikut, orang siang saja serem apalagi malam, pikirku dalam hati.
Sesaat aku kembali tertidur, tak berapa lama aku mendengar suara "tang teng tang teng" seperti suara panci dan penggorengan yang ditabuh berisik. dan jumlahnya banyak sekali. 
Dari balik kelambu aku mengintip ternyata orang kampung pada rame-rame berkeliling sambil membunyikan tabuhan alat-alat dapur.
"Ada apa buk, kok rame?" tanyaku pada Ibukku yang segera dijawabnya dengan suruhan menuju kamar kembali tidur.
Sayup-sayup, aku dengar suara Bapakku. "Sudah ketemu, rupanya dia disembunyikan di kolong kasur, padahal tadi sudah di cari berkali-kali gak ada".
"Memangnya kelihatan wewe gombelnya Pak?" terdengar suara Ibukku bertanya. 
"Gak ada, sudah tidur saja, besok ceritanya" jawab Bapakku yang kemudian segera mengunci pintu berangkat tidur..
Keesokan paginya nampak Yangkung Nur ke rumah sambil bawa sepiring bubur selamatan. "ini buat selamatannya yuyun, alhamdulillah semalam cepat ketemu, kalau tidak mungkin sudah pindah alam lain anak itu" celoteh Yangkung Nur.
Oh iya,aku lupa cerita, Yangkung Nur itu sebenarnya seorang praktisi siritual di kampungku yang biasanya suka dimintai pertolongan orang kalau ada kejadian-kejadian ghaib di kampung kami. Rupanya yang terjadi semalam karena wewe gombel penunggu pohon lontar di telaga kaliotik yang berulah. Alhamdulillah bukan nak Iwan yang di bawa kabur di umpetin diteteknya. "Iiiiih, serem gak mau ah" jawabku sambil ngumpet di belakang punggung Ibukku yang ikut menemui Yangkung Nur waktu itu.
Pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian itu adalah, supaya kita jangan mengusik tempat tingaal makhluk itu supaya dia tidak berulah. 
"Sama waktu kejadian jeng Endang tempo hari yang melempar pampers ke tambak akhirnya kesurupan, lah wong pampers barang kotor nemplok di hidangan keluarga bangsa jin penunggu tambak, ya pasti marah" ceritanya.
Oh iya, kampungku memang meskipun dekat dengan jalan raya, karena banyak pohon-pohon besar dan tempat wingit masih cukup menyeramkan bagi kami orang-orang kampung yang menghuninya. 

Wewe gombel semalam ternyata menangkap yuyun dan di sembunyikan di balik teteknya yang besar, jadi meskipun ketika dicari sama warga kampung tetap tidak kelihatan. Untungnya ketemu Yangkung Nur.
Udah ah, gak lagi-lagi main di telaga takut di gondol wewe gombel.
Menurut cerita si Yuyun, wewe gombel itu perempuan dengan kulit keriput dan berambut panjang tapi "maaf" teteknya buesar menjuntai, itu yang dipakai dia menyembunyikan anak kecil yang diculiknya...

Baca juga: 



Salam dari Kampung Kaliotik

#kisahmenyeramkan#kisahhoror#kisahnyata#


TAMAT


Sabtu, 11 September 2021

"TIGA SOSOK GHAIB PENUNGGU GEDUNG PERKANTORAN TUSUK SATE KIG GRESIK"



                 GAMBAR ILUSTRASI  


!!!!!!PERINGATAN!!!!!!!!

!!!!!!!PERINGATAN!!!!!!!PERINGATAN!!!!!!!

HOROR.........


"Bukan niat menakuti", tapi mengkin tidak banyak yang tau kalau selama ini aku dikaruniai kemampuan penglihatan ghaib. Awalnya memang mungkin karena amalan-amalan wirid yang aku dawamkan semenjak kecil hingga kini aku diberikan kelebihan bisa melihat sosok astral. Awalnya memang hanya dimunculkannya melalui firasat-firasat tajam, lewat mimpi atau sekedar bau. Kemampuan itu seiring waktu meningkat menjadi bisikan-bisikan di telinga, dan semakin kebelakang semakin kuat saja kemampuan itu.

Berawal dari kemampuan itu, sebelumnya aku memang tidak punya firasat apa-apa, hanya kenapa setiap kali aku memasuki gedung itu seakan ada magnet kuat yang berinteraksi dengan tubuhku. Dengan keinginan untuk mencari asal energi itu pernah beberapa kali aku jelajahi energi itu dan mengarahkanku pada 3 (tiga) titik center yang ada gedung kantor baru itu. Memang berbeda antara ketiganya. 

"Tiga?", iya tiga makhluk. Sebangsa golongan jin yang sesekali berinteraksi dengan manusia. Kalau prinsipku sebenernya asal tidak membahayakan biarkan saja...hehehehe..." 

Waktu itu, awalnya memang aku selalu mencium bau dupa kemenyan saat lewat samping tangga itu yang disambut bulu kuduk yang berdiri.

Oke aku akan ulas satu persatu ya. Yang pertama, sosoknya lelaki tua berpakaian khas orang Jawa Jelata, kadang juga dengan jubah  putih menjuntai. Pertama aku ketemu dia waktu aku melangkah ke atas menaiki tangga. Sosoknya sedikit pendiam karena aku lihat dia seringkali menunduk dengan jenggot panjang yang berwarna putih. Memang tangga itu tempat favoritnya seakan menunjukkan kalau dia tidak senang di keramaian. Secara teknis tangga ini memang jarang di lewati. Tidak itu saja, dia juga sering menampakkan diri di ruang kantor ujung tempat yang sebelumnya di buat ngantor Litbang. Kalau sekarang kebetulan sekarang sudah di isi Departemen lain. Saat awal dia memang sering memainkan printer hingga seringkali membuat lari orang yang lembur sendirian ."Mbah Dalbo" aku memanggilnya, sering kali berpindah-pindah di 3 (tiga) tempat, pojokan tangga ke lantai atas, ujung barat daya gedung yang selama ini di tempati ruang salah satu Direksi. Waktu itu dia sempat buat resah karena gangguin AC Direksi xixixixixi....Kalau sekarang dia lebih sering jongkok dipojok ruang direksi sebelah barat daya, apalagi ruangan itu kini tidak berpenghuni...hmmm..serem..,.oh iya, satunya lagi di ruang salah satu Departemen di lantai 2 (dua) yang aku ceritain tadi.


                                                                            GAMBAR ILUSTRASI  


Yang agak serem jusru di lantai 1 (satu), dia berada di dalam kamar mandi bawah. Mungkin karena dia ini sukanya kotor, Kalau di terawang memang energinya negatif. Auranya merah panas. Ternyata dia senang di situ karena sering menghirup anyir bau darah dari bekas pembalut karyawati yang dibuang di dalam sampah. Sosoknya seperti makhluk berkulit sisik dengan taring panjang, tangan berkuku dan rambut gimbal. Beberapa kali saat ketemu dia menyeringai seakan mengancamku agar tidak berbuat gegabah dengan mencari gara-gara. Makanya kalau lagi datang bulan buang pembalut dibungkus yang benar ya kawan, kalau bisa ditaruh dalam plastik biar gak kecium dia ini. Baunya badannya anyir busuk, mungkin siapa yang pernah masuk ke salah satu bilik kamar mandi itu kadang akan mencium bau yang tidak enak anyir busuk, tapi anehnya beda dengan dua bilik lain di ruang kamar mandi itu. Untung tidak banyak yang tau dia senangnya ada di situ.

Tolong ya buat mbak-mbaknya yang sedang datang bulan kalau buang pembalutnya...hati-hati...sekali lagi hati-hati.

Yang ketiga adalah sesosok manusia berbalut kain mori putih yang kerap menampakkan diri di langit langit pabrik Bio. Ada yang memanggilnya "pocong". 

Dari interaksi yang muncul, dia ternyata berasal dari qorin yang menjelma dari salah satu warga yang di makamkan di pekuburan belakang perbatasan kantor. Maklum Pabrik KIG itu berbatasan dengan pemakaman umum warga di belakangnya.

Apa tidak diusir saja makhluk makhluk astral itu? ternyata mereka sudah pernah di usir saat seorang alim didatangkan mengisi pengajian di peresmian pabrik. Memang waktu itu mereka tunggang langgang kena aura Putih Kyai kharismatik itu. Hanya saja mereka sekarang kembali lagi...

Sudahlah, yang penting mereka tidak mencelakai, dan lagi aku juga merasa tidak cukup mumpuni untuk meladeni sosok-sosok itu.Tidak mau cari masalah, asal masing-masing tidak ganggu yang membahayakan nyawa. Kalau usil dikit aja biarin lah asal tidak mencelakai, hehehe...

Oh iya,  kalau masuk kantor biasakan salam ya... Awalnya dulu aku gak tau kalau mbah dalbo itu muslim. Taunya pas aku baca salam saat masuk ternyata dia menjawab loh salamnya meskipun disambung dengan cekikikan tawanya. 

Note: "Cerita ini bisa dibilang hanya fiksi belaka, apabila ada tempat dan kejadian yang sama anggap saja kebetulan. Percaya boleh, tidak percaya juga boleh. Ingat selalu berdo'a memohon perlindungan kepada Tuhan dari gangguan makhluk-makhluk itu.

Penasaran dengan cerita para penghuni pabrik kimia dekat pelabuhan belakang? Nantikan saja cerita yang akan datang aku akan mengulas tentang pabrik yang dulunya tempat lokasi orang membuang jin itu...


Baca juga: Baca juga : Wewe Gombel Penunggu Pohon Siwalan Telaga Kaliotik


"Salam Misteri.....Salam Misteri...Uka..Uka Hihihihihi....

#kisahmenyeramkan#kisahhoror#kisahnyata#

"SALAM MISTERI"


TAMAT




Minggu, 05 September 2021

Jodohku Ketemu Lewat Radio (Edisi Awal Jalan Bareng)



Semenjak ketemu di kampus IAIN waktu itu, kami menjadi intens komunikasi lewat hape. Mulai sering cerita kejadian di kampus dan orang-orang di sekitar.. "Mas, kalau misalkan senggang, mau tidak ketemuan Sabtu besok?", tanya dia lewat pesan singkat di hape waktu itu.

"Boleh, tapi pagi aja ya ntar biar bisa santai". jawabku.

Saat itu kita janjian ketemuan di kampus dan dilanjut ke mall sekitar 1 kiloan dari kampus , sekedar berbincang-bincang sambil menikmati cemilan di tempat makan di situ. "Bagaimana kegiatan di kampus? tanyaku. Dia sambil tersenyum malah geleng2.."gak usah ngomongin kampus mas, cerita tentang Mas Rangga saja" jawabnya pelan

 "Eh, panggil aku Guntur saja lebih enak, ku biasa di panggil itu seh",  kataku.

"Eh Iya, Mas Guntur. Mas kalau kerja itu susah gk sih soalnya aku di Kampus ditawarin bantun Bukopin Syariah yang di kampus", ceritanya sambil menyeruput segelas jus yang dihidangkan.

"Wah, hebat sambil kuliah sudah belajar kerja. Yang penting jangan keteteran kuliahnya".

"Kalau aku kerjanya di Departemen Komersial, kayak marketing gitu lah. Hanya di kantor. Penjualan produk-produk pertanian gitu" 

"Wah  enak ya udah bisa punya uang sendiri"

"Mas rangga, Eh Mas Guntur gak merokok? tanya dia yang segera aku jawab dengan gelengan kepala. "Aku tidak merokok, sayang uang buat merokok, mending di tabung buat bekal nikah nanti", jawabku.

"Alhamdulillah, pasti senang calon istrinya nanti. Eh, memangnya Mas Guntur sudah punya Calon belum nih?" tanyanya sambil nyengir.

"Nah ini" kataku sambil menunjuk dia.

Dianya langsung memerah  mukanya karena malu, hehehe....dasar usil.

"Aaah...bercanda aja ini Mas Guntur".

"Memang kalau usia segini apalagi sudah kerja, selanjutnya yang dicari ya pasangan hidup dek" ucapku singkat.

"Loh memangnya Mas usianya berapa sekarang?" tanya dia.

"Kelahiran 79 berarti sekarang 2003 berarti 23 tahun mau 24 September nanti. Sudah pantas nikah gk ya ? hehehe..."

"Aku kelahiran 83 berarti selisih umur kita 4 tahun ya Mas" celetuk dia sambil tersenyum.


Candaan dan ngobrol asyik itu hingga tak terasa waktu bergulir siang. Kami pun harus berpisah setelah sebelumnya sholat dhuhur di masjid kampus IAIN Sunan Ampel. Semoga nanti kalau waktu kita longgar bisa ketemu lagi ya..Semoga pertemanan ini berkah. Aamiin.


Bersambung......


Lanjut:


Ketemu Calon Mertua