Kejadian ini menceritakan tentang kisah seram yang terjadi di salah satu kecamatan di Kabupaten Lamongan. "Ngerti di mana letak Kecamatan Deket?, iya di salah satu Desa di Kecamatan ini tempat kejadian ini bermula".
Sebenernya sebelumnya tanda-tanda ketidak wajaran itu sudah muncul sejak prosesi pemakaman kang Mardun. Awalnya ketika keranda itu terjatuh saat prosesi iring-iringan jenazah itu menuju makam. "Astaghfirullah, ternyata jenazah di berangkatkan posisinya terbalik karena dari awal tadi posisi kakinya yang di payungi.
Proses penggalian makam itu juga terhalang karena air yang selalu keluar dari lubang, dan maaf ya..baunya busuk seperti bau bangkai, entah dari mana sumbernya.
Kang Mardun yang meninggal, siapakah dia kok sampai segitunya. Awal cerita sebenarnya dia itu warga biasa hanya saja kebiasaan jeleknya yang suka rente atau meminjamkan uang berbunga. Bunganya itu yang kadang ibaratnya mencekik leher, sampai ngap-ngapan buat orang yang meminjamnya.
Konon karena dari lubang makamnya yang tergenang air itu pula jadi jenazahnya harus dibungkus plastik supaya tidak langsung basah kena air, dan juga harus dikasih pemberat supaya masuk ke bawah karena genangan air selalu mengangkat jenzahnya ke atas.
Prosesi pemakaman yang tidak biasa itu yang bisa juga disebut "janggal". Setelah lepas malam jum'at tanggal kematiannya ternyata ada kejadian yang tidak akan dilupakan oleh warga Desa itu.
"Pernah dengar nama Hantu Buntelan?"
"Buntelan itu apa ya?" tanya kang Parman pada Yu Paijah saudara kandung tempat dia berkunjung.
"Buntelan itu pembungkus kang, seperti kalau buat bekal atau bontotan itu loh kang", cerita Yu Paijah singkat.
"Memangnya ada apa dengan Buntelan itu Yu? tanya dia lagi,
"Di kampung ini ada hantu buntelan" bisiknya pelan. Kakang jangan manggil nama yang sudah meninggal ya kalau gak ingin dia ke sini ujar Yu Paijah sambil menyilangkan telunjuknya di mulut tanda dia.
"Sudah malam, takut kalau ngomongin itu" lanjut dia.
"Aku tidur dulu ya Kang"...sambil menggelar tikar pandan di lantai kamar.
"Kok tidur di bawah?" tanya kang Parman.
"Takut" dia sukanya mbuntel yang tidur di atas".
Dari cerita warga, rupanya sudah 4 (empat) orang yang meninggal menyusul kepergian kang Mardun, dan semuanya meninggal dengan mata terbelalak dan mulut menganga seakan kehabisan nafas.
Mungkin sekitar pukul 1 dini hari sayup terdengar suara kain menyeret lantai, dan saat itu entah kenapa suasana sangat hening. Saat tepat melihat jam dengan langkah pelan kang Parman membawa lampu templok menuju arah bilik kamar mandi yang ada di belakang rumah.
Setengah terkaget karena kang Parman saat melewati kamar Yu Paijah yang tak tertutup dia melihat ada selembar kain putih yang membentang di dekat Yu Paijah yang tengah tertidur itu. Tapi kenapa posisinya di atas dipan dan bukan dilantai seperti awal tadi.
"Astaghfirullah" kain putih lusuh iu ternyata langsung menggulung dan membekap yu Paijah yang sedang tertidur, dan tak seberapa lama nampak tubuh yu Paijah meronta-ronta berusaha melepaskan belitan kain putih itu.
Kang Parman dengan segeneap keberanian yang dikumpulkannya langsung berteriak dengan bertakbir menjambak kain itu dan berusaha melepaskan tubuh yu Paijah. "Allahu Akbar...Allahulaillaha illa huwal hayyul qoyyum"...keras mulutnya melafalkan ayat kursi. nampak kain itu mulai melonggar dan melipir di lantai keluar dari sela-sela pintu keluar. Bergegas kang parman menyabetkan lampu temploknya ke luar membuka pintu dan benar di depan Pintu nampak sesosok tubuh berbalut kain putih dan yang tak lain adalah kang Mardun yang sudah satu minggu meninggal seminggu kemarin.
"Sudah..sudah..pulang ke alammu...teriak Kang Parman. Sekelibat sosok putih itu menghilang sebelum dia bersuara berat.
"Bilang agar tukang adzanmu jangan pakai loudspeaker lagi, sakit kupingku...
"pssst...rupanya dia takut dengan suara adzan.
".
Sontak kang Parman adzan keras-keras "Allahu akbar..Allaaaahu Akbar....
Selang beberapa menit kemudian suara ayam berkokok bersautan dan warga mulai banyak berkumpul menuju rumah yu Paijah.
"Ada apa kang parman, kok jam 1 begini azan...ada angin apa ini? ramai suara warga.
"Iiiii...itu kang barusan ada hantu buntelan mau mbungkus yu paijah"
"Itu orangnya masih di dalam ayo ditolong", ajak kang Parman.
Ramai, heboh ibu2 juga pada berdatangan.
"Yu..,piye Yu, ono opo" tanya mereka sambil merangkul tubuh yu Paijah yang nampak terduduk ketakutan.
"Aaaa..aku tadi dibuntel kain kayaknya dia mau matiin aku, untung ketahuan kang Parman" ceritanya.
"tadi terus gimana kang" tanya warga.
"Rupanya hantu buntelan itu gawenya si Marbun Bapak Ibu"....
"Tadi aku sempat mergokin badannya di luar, katanya dia mesen kalau adzan jangan pakai loudspeaker karena dia kesakitan kalau dengar adzan dari langgar" makanya langsung aku adzan keras-keras.
"Kalau mau gak ribut lagi mungkin coba digali saja lagi kang, disempurnakan penguburannya kemarin. lepasin tali pocongnya yang belum dilonggarin karena terbungkus pastik" usul pak mudin.
Pagi itu juga warga barengan menggali kembali makam yang sudah seminggu itu dan membedah plastik serta melepas ikatan tali kafannya.
Semenjak peristiwa itu hantu kang Mardun tidak pernah lagi menampakkan diri dan suasana desa itu kembali tenang.
Baca juga: https://www.guntursulistiawan.com/2021/09/wewe-gombel-penunggu-pohon-siwalan.html
#kisahmenyeramkan#kisahhoror#kisahnyata#
TAMAT