"Asli dari Lamongan Sedulur?"
Mungkin banyak yang bilang ada yang unik dengan adat kota ini.
"Pernah dengar cerita-cerita ini atau belum?"
Kalau di daerahmu, biasanya laki-laki pasti yang melamar perempuan.
Berbeda dengan kebanyakan daerah lain, kalau di kota Lamongan, adatnya perempuannya yang melamar, bukan yang laki-laki....
"Loh, apa iya, beneran?"
"Betul itu", khususnya di masyarakat aslinya. Kalau di kota Lamongan begitu adatnya, jadi jangan heran kalau di Kota ini biasanya yang mendatangi melamar ke rumah itu keluarga perempuan ke keluarga laki-laki.
"Masih ada lagi sekitar mitos jodoh".
Lelaki asal Lamongan dilarang menikah dengan gadis asal Kota Kediri. Terus apa hubungannya kalau Pria Lamongan dilarang untuk menikahi perempuan Kediri?
Ada kisah di sejarah zaman dahulu yang menyebutkan hal itu tabu atau pamali jika ada laki-laki dan perempuan dari kedua kota itu dijodohkan, ada cerita sejarahnya di masa lalu yang menyebabkan pantangan itu muncul.
"Bagaimana kalau dilanggar pantangan itu"
"Ya kalau dilanggar biasanya keluarganya tidak akan berlangsung lama dan banyak musibah, silahkan kalau mau percaya atau tidak"
"Hehehehe...."
Sebagai orang Lamongan, penulis akan bercerita tentang kisah-kisah itu. Awal mula budaya wanita melamar adalah ketika masa jaman perang antara kerajaan majapahit dan kerajaan kediri.
Untuk menggalang kekuatan Adipati Kediri yang pada masa itu memiliki anak gadis kembar bernama Andansari dan Andanwangi ingin memperluas kekuasaan kerajaannya dengan menggandeng Adipati Lamongan waktu itu yang dikuasai oleh Raden Panji Puspo kusumo yang masih keturunan raja Majapahit ke 14 Prabu Hayam Wuruk.
Pada masa itu Raden Panji Puspo Kusumo memiliki dua anak kembar laki-laki yang bernama Laras dan Liris.
Sebagai persyaratan pernikahan itu, Adipati Lamongan meminta beberapa hal yang harus dipenuhi oleh adipati Kediri.
1. Meminta agar andansari dan andanwangi memeluk agama Islam.
2. Pihak kediri harus melamar dengan membawa hadiah gentong air dari batu dan tikar lontar.
Dari kisah inilah kenapa adat wanita melamar bermula.
pada saat rombongan Kediri telah sampai di Telaga Bandung, pada waktu itu rombongan terhalang banjir yang mengharuskan rombongan berjalan kaki karena kuda-kuda yang membawa putri-putri adipati itu tidak mau berjalan di air yang dalam.
Pada saat dua orang putri itu hendak melewati air maka mereka mengangkat kain jariknya dan tidak sengaja mata telik sandi yang diutus oleh adipati Lamongan bersama rombongan pangeran Laras Liris melihat kedua kaki putri itu nampak berbulu panjang dan hal itu menjadikan kedua pangeran Laras dan liris tidak berkenan dan menolak rencana lamaran itu.
Karena rasa malu kedua putri dari Kadipaten Kediri itu mati bunuh diri dan menyebabkan kemarahan Kadipaten Kediri.
Karena kemarahan tolakan lamaran itu, adipati kediri akhirnya menyerang lamongan dan perang yang berlangsung akhirnya menyebabkan kedua pangeran Laras dan Liris terbunuh.
Dari kejadian itu akhirnya Adipati Panji Puspo Kusumo bersumpah tidak akan dan melarang untuk berbesan/ menikahkan warga dari Lamongan dengan Warga Kediri.
Untuk mengenang kejadian berdarah itu maka diabadikanlah nama kedua putri dan pangeran kembar itu menjadi nama jalan di Lamongan. Jalan andansari - Andanwangi dan Jalan Laras Liris.
Nah, sedulur sudah tau kisah itu kan...bagian dari sejarah entah itu Fakta atau Mitos.
Selain kisah tentang jodoh itu, masih ada satu lagi tentang ikan lele....
Seperti yang kita ketahui, banyak warga Lamongan yang merantau berjualan warungan...biasanya jualan ayam penyet, tempe penyet atau lele sambel.
Tapi anehnya kenapa orang Lamongan meskipun jualan ikan lele, tapi mereka tidak mau atau tidak boleh makan ikan lele?...
Menurut kepercayaan masyarakat Lamongan, lele itu jelmaan leluhur orang lamongan yang berjasa pada masyarakat dan jika pantangan itu dilanggar maka dia akan mengalami kelainan kulit "belang" biasanya orang menyebutnya atau "vitiligo" istilah kedookterannya.
Pada zaman penjajahan Belanda dulu alkisah ada bangsawan sakti yang memiliki kebiasaan menolong rakyat miskin dengan menjadi maling harta orang-orang kaya yang jahat dan menindas rakyat.
Kebiasaannya itu dengan menyatroni rumah orang-orang kaya yang biasanya pelit dan culas...kalau dimintai sedekah oleh orang orang miskin malah menghardik dan menghina.
Nah, maling sakti ini yang seringkali mengambil kekayaan orang-orang culas itu dan membagikannya kepada orang-orang yang kesusahan. Beras, jagung, Singkong, emas, kepeng...ya di taruh begitu saja di depan rumah orang yang miskin dan biasanya dia menaruhnya pada dini hari saat kebanyakan orangpulas tertidur.
Pada satu saat pemerintah Belanda masa itu mengejar maling sakti itu hingga memojokkannya pada sebuah telaga. Dia menceburkn diri di air dan tidak keluar-keluar, hingga keesokan harinya..dan mungkin sudah dianggap mati. Tapi anehnya sejak kehilangan maling sakti itu, di telaga muncul ikan lele itu yang dianggap penjelmaan si maling sakti.
Makanya sebagai rasa terima kasih masyarakat jaman itu mereka dan anak turunnya bersumpah dna berjanji untuk tidak memakan ikan lele.
Sesuai sumpah itu bagi oran yang melanggar akan mendapatkan hukuman berkulit belang......
Demikian sedulur kisah dari Lamongan Kota Kelahiranku.....
TAMAT
Baca juga kisah yang lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar