Seiring dengan perkembangan teknologi pestisida semakin banyak hama yang muncul semakin kebal dan resistensi dengan jenis pestisida yang banyak digunakan saat ini. Apabila sebelumnya hama akan terbentuk resistensinya membutuhkan waktu hingga berpuluh puluh tahun, sekarang dengan budidaya dan kebiasaan petani yang mengkombinasi bahan aktif pestisida secara tidak sesuai aturan menyebabkan banyak hama yang mencapai resistensinya lebih cepat.
Jika di amati, jika dulu dengan pestisida satu jenis saja hama akan dapat dikendalikan, akan tetapi sekarang butuh 2 atau tiga jenis pestisida baru bisa mengatasi hama dan kalaupun dosis tunggal akan membutuhkan dosis berkali kali lipat.
Fenomena resistensi hama banyak terjadi di kawasan budidaya yang sangat intensif menggunakan pestisida. Seperti kita ketahui, budidaya hortikultura banyak menggunakan pestisida yang bahkan jika di amati sudah sangat jauh dari aturan. Dalam aplikasinya mereka bisa mencampurkan 3,4 bahkan 5 jenis bahan aktif pestisida dalam sekali aplikasinya. Hal itu juga diperparah dengan takaran yang tidak mengindahkan aturan dalam kemasan. Istilahnya, tambah dosis biar lebih cepat mati, padahal mestinya juga akan berdampak mempercepat resistensi hama dan meningkatkan biaya pengendalian.
Kalau petani di tanya akan menjawab enteng saja...daripada gak panen Pak. Kalau masalah aman aplikasi dan yang mengkonsumsi akan menjadi nomer kesekian kalinya. Waduh.....Payah kalau begini.
Sebelumnya kita perlu tahu tentang sifat resistensi hama. Kategori makhluk hidup yang relatif tahan dengan perubahan iklim dan kondisi lingkungan adalah Insektisida/ serangga. Hal ini disebabkan kemampun dari hama jenis ini dalam menyesuaikan diri. Mekanisme perubahan bentuk tubuh hama menjadi fenomena unik yang menunjukkan mekanisme pertumbuhan makhluk hidup dalam beradaptasi. Apa saja bentuk adaptasi hama:
1. Membentuk jaringan kulit yang tebal
Beberapa hama sebelumya akan mudah mati jika terpapar pestisida, akan tetapi di belakangan ini nampak pada fase instar akhir sebelum menjadi imago, serangga hama dapat menjadikan kulit luar atau cangkangnya sangat keras hingga berkali kali lipat. Bahkan ada yang memiliki semacam lapisan lilin sehingga kendati sangat basah sekalipun, pestisida tidak bisa menyentuh tubuhnya. Semacan efek daun talas.Untuk hama jenis ini perlu pestisida yang memiliki efek penembus dan perekat yang baik. Meracuni hama jenis ini dapat dengan menembus kutikulanya ataupun dengan sistem racun perut apabila dia makan daun atau bagian tanaman yang terpapar.
Beberapa jenis perekat dan penembus yang dijual di pasaran sangat bermacam-macam, mulai jenis silicon hingga lapisan anti tegangan permukaan dan sticker.
2. Membentuk lapisan kulit yang berbulu
Beberapa jenis hama yang lain memiliki lapisan bulu tebal yang melindungi kulit luarnya. Butiran pestisida yang disempotkan hanya akan menempel pada bulu bulu halus dan tidak menyentuh kulit. Kalau di bandingkan dengan tipe kulit tebal...kebanyakan jenis hama ini akan mati dengan model droplet yang halus atau asap fooging. Hama akan teracuni melalui sistem pernafasan atau terpapar secara halus dipermukaan kulitnya.
3. Mekanisme cairan yang menutup mulut dan pernafasan.
Pada jenis hama ini mereka memproduksi cairan yang mampu menutupi mulut dan lubang pernapasannya. Hama akan mengandalkan sensor kulitnya jika merasa sentuhan dengan cairan maka dia akan menyemprotkan semacam zat yang menutupi mulut dan hidungnya. Seperti masker gitu. Hebat bukan.
Mengatasi hama jenis ini butuh pestisida dengan aplikasi yang halus dan sedapat mungkin yang tanpa bau atau minim bau untuk mengecoh kemampuan dia menutupi lubang mulut dan hidungnya.
4. Perubahan pola dan gaya hidup
Jika di amati ada beberapa hewan yang makan dengan cara bersembunyi pada celah atau cepitan tanaman. Dia bahkan merubah lembaran daun hingga bergulung gulung untuk memudahkan dia menyantap dari dalam dan akan menyulitkan untuk terganggu dari cairan pestisida. Untuk hama jenis ini biasanya jenis pestisida sistemik akan lebh bermanfaat dibandingkan dengan pestisida kontak. Potensi paparan pestisida akan sangat kecil jika dalam sistem kontak makanya perlu dikombinasi dengan efek sistemik.
5. Perubahan pola makan
Pernah kita jumpai jika pada hama tertentu akan menghilang begitu ada matahari dan jika diamati pada tanamannya tidak nampak batang hidungnya pada siang hari. Tetapi tanaman ternyata semakin rusak setiap hari. Alhasil seperti melawan musuh yang tidak nampak. Musuh dalalm selimut yang menusuk ketika tidak di sadari. Pada hama seperti ini banyak disebut sebagai makhluk nocturnal atau hama yang makan pada malam hari.
Coba ke kebun pada malam hari, pasti mereka pada pesta makan. Kebanyakan jenis ulat ini tipe ulat yang perlu berevolusi menjadi serangga. Untuk mengatasi hama jenis ini biasanya mengandalkan perlindungan tanaman dengan lampu perangkap dikombinasikan dengan feromon dan pestisida sistemik.
Beberapa petani mengakali dengan aplikasi pestisida pada malam hari dan yang jelas akan membutuhkan biaya lebih serta ketelitian ekstra.
Pada beberapa kios banyak yang menyimpan jenis pestisida lama meskipun sudah tidak diproduksi lagi. Pestisida lama gologan organofosfat dan karbamat banyak diburu pada sentra-sentra budidaya intensif mengingat menurut mereka pestisida lama lebih ampuh dan mampu menanggulangi lebih cepat. Yang pasti juga harganya lebih murah meskipun harus menggunakan dosis lebih tinggi.
"Biasanya buat keperluan rotasi kang, kalau tidak dirotasi ya hamanya semakin kebal dengan jenis bahan aktif dan mesti ganti lagi yang baru dan ganti lagi yang baru, padahal harganya semakin muahal gak ketulungan" salah seorang petani cabai di selatan gresik.
Dampak covid dan perang rusia-ukraina mengakibatkan pestisida pengendali hama harganya semakin tidak terjangkau. Petani banyak mencari produk-produk lama yang masih murah dan tidak jarang juga menggunakan pestisida buatan sendiri meskipun harus mengulang semprotnya beberapa kali.
"Ternyata di semprot pestisida jenis lama malah gampang mati hamanya ya kang" seru kang parmin yang menunjukkan botol Sidamethrin, Sidacron dan Jidor dari tas kreseknya.
"Kalau dulu kok ora mempan, sekarang kok menjadi gampang mati hamanya...apa karena dulu salah racun ya?" seru kang parmin kembali.
"Sebenarnya kalau hama itu ada siklusnya yang disebut rotasi kang, jadi kalau hama sudah hafal metode racun yang dapat membunuhnya dia akan menyesuaikan diri. Tetapi kalau sudah menyesuaikan diri dan ganti ke racun yang awal lagi, dianya bakal lupa kang dan akhirnya tetap mati" Jelas Pak Mantri.
"Jadi kalau pas lagi harga racun mahal pakai jenis pestisida yang jenis-jenis lama biasa sampeyan pakai dulu saja siapa tau hamanya lupa hehehe"..seloroh pak mantri yang disambut ketawa seluruh petani yang hadir di rembuk tani waktu itu.
"Siapa dulu yang pakai pestisida macam Sidamethrin, Sidajos, Sidazinon, Sidacin, Sidasat....opo maneh?" tanya pak Mantri.
"Jidor, Sidacis, Sidacron, Topdor, Buprosida akeh kang" sebut panjul.
"Wah, kok racun hamane apale produk petrosida kabeh iki" tanya kang Amin.
"Soale harga terjangkau dan ampuh kang, biasane iso utang nang warunge konco tani sukodadi" seru imam yang disambut ketawa semuanya.
"Hama yang terbentuk resistensinya pada jenis pestisida yang digunakan dapat di atasi atau ditanggulangi dengan pestisida jenis yang berbeda cara kerjanya. Penggunaan pestisida secara rotasi dapat menanggulangi terjadinya resistensi. Yuk di rotasi pestisidanya kalau sudah kebal hamanya. Pilih yang tepat tidak harus mahal, pilih yang hemat tetapi ampuh" Jelas pak Mantri.
"Produk Petrosida Gresik Pak" seru Pak Sumar.
"Grrrrr......cocok..cocok" seru semua petani di saung tani.
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya
Maju Bersama Petrosida
Baca selanjutnya:
Lahan Tambak Apakah Perlu di Pupuk ?