Dalam perusahaan, manajemen atau board of director menganggap unit dalam perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu value unit dan cost unit.
Secara sederhananya Value unit adalah unit yang proses bisnisnya menghasilkan value atau dengan kata lain menghasilkan pendapatan, sedangkan kebalikannya adalah cost unit yaitu unit yang hanya menghabiskan biaya/ membutuhkan biaya tanpa harus menghasilkan value.
Dalam strata kasta, biasanya value unit akan diposisikan lebih tinggi dan superior dibandingkan cost unit, dan tentunya akan lebih mendapatkan prioritas. Dari segi sallary, karyawan di unit ini biasanya akan mendapatkan insentif yang lebih besar dibandingkan unit yang satunya.
Berbeda dengan value unit, maka cost unit lebih dianggap sebagai unit supporting atau pendukung. Selamanya mereka akan melakukan tindakan sebagai pendukung atau pelayan dari unit utama (value unit).
Dalam perusahaan, yang dikategorikan sebagai value unit adalah Departemen Pemasaran/ Penjualan, sedangkan unit yang lain dianggap sebagai cost unit (Departemen SDM, Departemen Keuangan, Departemen Produksi, Departemen Riset, dan lain-lain).
Namun Paradigma ini dapat dapat diubah menjadi "Semua adalah Value Unit" bagaimana penerapannya?
Kalau disebutkan sebenarnya semua unit mestinya tetap bisa memberikan kontribusi nilai kepada perusahaan. Tentunya hal ini tidak boleh menghilangkan unsur efisiensi dan peningkatan produktivitas. Tanpa bermaksud menghilangkan fungsi pendukungnya. Bukan berarti unit pendukung tidak penting loh ya, karena unit utama juga tidak akan mungkin berjalan baik jika unit pendukungnya juga tidak baik.
Jadi intinya, Cost unit tetap sebagai fungsi supportingnya tetapi dia memiliki nilai sebagai unit yang juga bisa memberikan value atau nilai untuk perusahaan. Atau kalau dalam bahasa sederhana paling tidak pendapatan itu disebutkan sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan sebagai modal mereduksi biaya. Hal ini tentunya sedikit berbeda dengan pengertian efisiensi atau cost reduction karena lebih bersandar pada hasil pendapatannya, bukan pada mengurangi biaya.
Mari kita bahas...
Selama ini unit penjualan atau pemasaran adalah unit yang meng "generate" omset atau dengan kata lain unit ini adalah yang menghasilkan laba untuk perusahaan. Semakin tinggi penjualan produk maka semakin banyak laba yang diperoleh, bisa disebutkan kalau peningkatan penjualan akan sebanding dengan peningkatan laba. Tentunya prinsip Cost and revenue dari perbandingan HPP menjadi kuncinya.
Jadi tidak jarang apresiasi untuk unit ini terkesan lebih tinggi dibandingkan dengan unit yang lain. Semacam bonus tambahan begitu...seperti tambahan insentif kesenangan. Bentuknya bisa dengan bonus rupiah, hadiah atapun bisa dengan vacation/ holiday.
Tetapi sebenarnya tanpa mengecilkan arti peran unit pendukung yang lain, momentum dan targetnya berbeda dan dilihat juga persentase kontribusinya. Berbeda dengan penjualan/ pemasaran yang dinilai dari target omset atau target laba, maka unit lainnya atau unit pendukung/ unit lain akan dilihat dari nilai efisiensinya (minimal waste, minimal unit reject, dan efisiensi consumtion rate), diharapkan dapat mereduksi biaya produksi maupun biaya kehilangan/ losses.
Mengubah Paradigma
Dalam konteks yang ada sebenarnya kita bisa menganggap semua unit memiliki kontribusi nilai yang penting. Tidak semata penyebutan laba dari hasil jerih payah tenaga penjualan tetapi sebagai satu kesatuan utuh yang tentunya tidak bisa berdiri sendiri tanpa kontribusi unit yang lain. Satu unit tidak bisa berdiri sendiri untuk mencapai tujuan dan tentunya juga tidak akan menghasilkan apa yang disebut keuntungan itu.
Penerapan Paradigma Baru
Untuk menerapkan paradigma baru ini, perusahaan dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Mengidentifikasi Kontribusi Nilai:
Setiap unit harus dapat mengidentifikasi kontribusi nilai yang mereka berikan kepada perusahaan.
2. Mengembangkan Indikator Kinerja:
Perusahaan harus mengembangkan indikator kinerja yang dapat mengukur kontribusi nilai setiap unit.
3. Mengoptimalkan Efisiensi:
Perusahaan harus mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas setiap unit untuk meningkatkan nilai perusahaan.
4. Menghargai Kontribusi:
Perusahaan harus menghargai kontribusi setiap unit dan memberikan apresiasi yang sesuai.
Manfaat Paradigma Baru
Dengan menerapkan paradigma baru ini, perusahaan dapat memperoleh beberapa manfaat, seperti:
1. Peningkatan Produktivitas:
Setiap unit akan lebih produktif dan efisien dalam menjalankan tugasnya.
2. Peningkatan Nilai Perusahaan:
Perusahaan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
3. Peningkatan Kepuasan Karyawan:
Karyawan akan merasa lebih dihargai dan memiliki kontribusi yang lebih besar dalam perusahaan.
Semangat mengubah paradigma dari Value Unit dan Cost Unit menjadi "Semua adalah Value Unit" dapat membantu perusahaan meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kepuasan karyawan.
Dengan memahami bahwa setiap unit dapat memberikan kontribusi nilai kepada perusahaan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan efisien. Kebahagiaan dan kepuasan setiap insan perusahan akan dapat lebih terapresiasi karena keberhasilan dan kesuksesan perusahaan adalah kinerja bersama.