Dalam budidaya tanaman Jagung, selain hama dan penyakit, Gulma adalah masalah yang tidak bisa dianggap ringan. Berdasarkan data penelitian, penurunan hasil akibat keberadaan gulma dapat mencapai 95 % jika tidak ditangani.
Kendala yang ada selama ini adalah tenaga untuk penyiangan gulma di tananaman Jagung membutuhkan biaya besar. Penggunaan herbisida glifosat dan parakuat selama ini dianggap dapat menekan pertumbuhan gulma tetapi memiliki resiko toksisitas tinggi jika tidak sesuai dengan cara penggunaannya.
Penggunaan herbisida kontak (Parakuat = Sidaxon dan Liuxon) lebih praktis tetapi syarat penyemprotannya harus menghindarkan dari titik tumbuh jagung agar tidak menyebabkan kematian tanaman budidaya itu.
Bagaimana dengan herbisida sistemik (Glifosat = Sidafos, Sidastar, dll) ?
Herbisida sistemik ini cenderung lebih beracun pada tanaman dibandingkan dengan Parakuat yang bersifat kontak. Penggunaannya pada pengendalian gulma dapat dilakukan di awal budidaya pada persiapan lahan dan dapat pula di aplikasikan pada kondisi tananaman jagung sedikit tinggi atau lebih dari usia 45 hari pada sela-sela tanaman.
Tapi perlu di ingat
"INGAT, INGAT, INGAT"
Penyemprotan herbisida sistemik pada gulma tanaman jagung harus dihindarkan mengenai bagian tanaman jagung secara langung. Hal ini disebabkan sifat sistemik herbisida ini dapat memasuki jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman.
Kenapa dihindari karena dapat menyebabkan kematian tamaman pokok dan mengering hingga ke akarnya.
Untuk solusinya bagaimana ?
Biasanya petani yang kreatif akan menambahkan corong pada spuyer nozzle sprayernya sehingga sebaran droplet dari nozzle sprayer akan terbatas dan tidak mengenai tanaman pokoknya.
"Waduh, ngeri kang..kalau salah semprot jagungnya bisa mati"
"udah di koret aja pakai sabit dan cangkul" seru Tarmin petani jagung di desa jabung Lampung Timur itu.
"Wah, kuno....ini pakai saja Gisentro..dijamin gulma mati..tanaman jagung sehat - tumbuh selamat....Gulma binasa jagung tumbuh luar biasa.
Gisentro memiliki bahan aktif ganda yaitu Atrazin dan Mesotrion keduanya bekerja secara sinergi dengan menghambat pembentukan zat hijau daun sehingga gulma tidak dapat tumbuh karena klorofilnya dihilangkan, gulma akan memutih dan akhirnya kuning terus mati.
Hebatnya lagi gisentro ini tergolong selektif, artinya dia tidak berdampak pada tanaman pokoknya karena dampak penghilangan klorofilnya tidak berpengaruh pada pokoknya yang termasuk tanaman besar.
Kendati demikian, kejadian keracunan bisa saja terjadi. dan untuk mencegah/ menghindari tanaman pokoknya keracunan jika terjadi overdosis, perhatikan pemakaiannya ya.
Pastikan tanaman jagung yang akan kita kedalikan gulmanya berusia 15-20 hari lebih.
Penyemprotan pada kondisi lahan lembab dan usahakan penyemprotan di lakukan di sela tanaman saja untuk menghemat penggunaan herbisidanya. Takaran dosisnya juga harus sesuai ya....
Gisentro 560 SC memiliki kandungan mesotrion lebih tinggi menghasilkan daya kendali gulma lebih baik.
"Dari sisi harga bagaimana?"
"Bisa diadu gak perlu ragu"
Kenali bahan aktifnya...
Bahan aktif Atrazin dan Mesotrion adalah bahan aktif yang bekerja melalui aliran tanah, artinya dia akan bekerja meresap dalam melalui tanah dan menuju akar.
Atrazin
bersifat sistemik dan bekerja melalui penyerapan pada akar dan disebarkan ke seluruh jaringan gulma, sangat efektif apabila digunakan pada saat gulma tumbuh aktif. Atrazin dapat menghambat proses fotosintesis sehingga akan mematikan pertumbuhan daun gulma sehingga daun gulma akan nampak keputihan dan lama kelamaan mengering.
Atrazin bersifat pra dan purna tumbuh sehingga mampu mengendalikan sebelum gulma tumbuh maupun ketika gulma sudah tumbuh di awal.
Pastikan tanah agak lembab atau sedikit basah dan tidak tergenang. Ini perlu dikondisikan agar atrazin dapat mudah turun dan diserap akar gulma pengganggu. Pada kondisi gulma awal berkecambah akan sangat mudah dikendalikan dengan herbisida ini.
Mesotrion
Mesotrion adalah jenis herbisida baru dalam kelompok triketon dan efektif terhadap spesies yang resisten terhadap herbisida triazin dan herbisida penghambat ALS (Acetolactate synthase). Secara umum mesotrion bertindak sebagai penghambat pigmen (Hanh and Paul, 2002).
Mesotrion terdaftar sebagai herbisida baru yang diaplikasikan pratumbuh untuk pengendalian gulma dengan menghambat pembentukan dioksigenase 4-hydroxyphenylpyruvate (HPPD) pada tahun 2001 bersama dengan herbisida topramezone pada tahun 2005, dan tembotrione pada tahun 2007. Dalam penggunaannya, telah direkomendasikan untuk melakukan pencampuran secara tank mix dengan herbisida atrazin untuk meningkatkan kinerja produk.
Secara harga dibandingkan dengan herbisida sejenis, produk Gisentro sangat kompetitif dan lebih terjangkau. Kalau dibandingkan dengan biaya tenaga manual penggunaan herbisida ini sangat praktis dan mempunyai keunggulan kecepatan pengendalian dan penting lagi herbisida ini bersifat selektif.
Baca Info Produk yang lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar