"Istilahnya sapu jagat"...
Kalau dihitung-hitung mungkin sudah sekitar 20-30 tahunan golongan piretroid merajai untuk insektisida murah. Seiring dengan perjalanan waktu, golongan insektisida piretroid yang di sebut "sapu jagat" kalau sekarang bagaimana?
Kalau ditelisik, laporan adanya larangan penggunaan piretroid untuk hama di tanaman padi muncul ketika disinyalir sifat panas bahan aktif ini menyebabkan percepatan penetasan telur wereng. Sifat sapu jagatnya juga disinyalir sebagai penyebab kematian banyak musuh alami karena penggunaannya yang berlebihan. Kendati demikian, sebenarnya bahan ini banyak disukai petani karena harganya yang sangat terjangkau oleh petani, dan jangan lupa...budaya petani kita seringkali menambahkan dosis untuk mempercepat kinerja pestisida..ini yang harus dirubah.
"Kalau dibandingkan antara untung ruginya penggunaan pestisida jenis ini bagaimana?"
Namanya saja racun, bahan kimia ya pasti berbahaya baik untuk manusia maupun buat lingkungan. Seaman amannya pestisida, kalau penggunaanya sembarangan akan berbahaya juga.
Mereduksi tingkat bahaya penggunaan pestisida harus memperhatikan prinsip 6 Tepatnya (Tepat Jenis, Tepat Waktu, Tepat Sasaran, Tepat Takaran, Tepat Cara dan Tepat Mutu). Jika dilaksanakan dengan benar maka resiko bahayanya dapat ditekan seminimal mungkin. Kendalikan bukan pembasmian, jadi gangguan itu cukup dikendalikan hingga dibawah ambang kendalinya atau di bawah ambang ekonominya. Hama juga butuh makan, dan ingat siklus rantai makanan...hama juga merupakan makanan dari musuh alamai.
Hal yang menjadi pelajaran adalah ketika hama telah dimusnahkan akan menimbulkan ancaman baru dari jenis lain yang selama ini malah tidak berbahaya. "Namanya keseimbangan ekosistem" kata Petugas PPL.
Kalau saat ini kira-kira yang aman jenis insektisida apa?
Tidak bisa disebutkan pestisida aman, karena semua pestisida ya namanya racun berbahaya.....cuman tingkatannya yang perlu diperhatikan.
Neonikotinoid insektisida kelas
baru sintetis dari turunan nikotin.
Neonikotinoid bekerja menargetkan
sistem saraf serangga, mengikat reseptor nikotinnya dan mengganggu pengiriman
impuls saraf. Terdapat 7 bahan aktif yang berbeda yaitu:
1.
acetamiprid,
2.
clothianidin,
3.
dinotefuran,
4.
imidacloprid,
5.
nitenpyram,
6.
thiacloprid,
7.
thiamethoxam
Neonikotinoid digunakan dengan
cara sprai ke daun, dicampurkan benih untuk mengendalikan hama dan virus, atau
dengan kocoran ke tanah dengan neonikotinoid sehingga akar tanaman akan
menyerap pestisida tersebut dan mentransmisikannya di jaringan di seluruh
permukaan tanaman khususnya daun (Watts M, 2011).
Imidakloprid adalah bahan aktif
pertama yang dipasarkan dan paling populer. Aplikasi Imidacloprid pada umumnya
dengan penyemprotan, namun akan lebih efektif jika diaplikasikan pada tanah
(khususnya pada hama penghisap).
Nicotinoid menimbulkan kerusakan
saraf akut, kelumpuhan bahkan kematian pada hama. Setelah dilakukan aplikasi,
bahan aktif insektisida akan masuk ke dalam jaringan tanaman, baik itu akar,
daun ataupun bagian tanaman lain sehingga mengandung bahan aktif tersebut.
Jadi, cukup efektif untuk mengendalikan hama serangga tipe penghisap seperti
kutu daun, yang biasanya menghisap bagian daun yang masih muda.
Insektisida bahan aktif
neonicotinoid, seperti yang kita ketahui umumnya disemprotkan (spray). Namun
berdasarkan tingkat kelarutannya, insektisida ini akan jauh lebih efektif jika
diaplikasikan melalui tanah (akar). Aplikasi insektisida melalui tanah,
mengurangi resiko kematian serangga lain (karena terpapar) yang bermanfaat bagi
tanaman seperti lebah penyerbuk. Imidacloprid, clothianidin, dinotefuran,
thiamethoxam dianggap oleh US-EPA sangat beracun bagi lebah madu. Semuanya
memiliki LD50 dimana tergolong kategori sangat beracun (Sumber: Vermont Agency
of Agriculture, 2015).

Toksisitas Neonicotinoids kurang
beracun untuk mamalia dan burung dan dikembangkan untuk menggantikan
organofosfat dan zat kimia insektisida lainnya yang lebih beracun
(toksisitasnya tinggi). Oleh EPA, neonicotinoid dikategorikan dalam kelas 2 dan
3 dalam hal tingkat toksisitasnya dan diberi label “peringatan”. Zat ini kurang
beracun bila diserap oleh kulit atau bila terhirup dibandingkan jika tertelan.
Pada kulit pun diketahui tidak menimbulkan iritasi. Imidakloprid digolongkan
kelompok E (tidak ada bukti karsinogenisitas). Pada hewan dan manusia,
imidacloprid dengan cepat dan hampir sepenuhnya diserap oleh saluran
pencernaan, dan dieliminasi (dibuang) melalui urine dan kotoran dalam waktu 48
jam. (Sumber: Vermont Agency of Agriculture, 2015).
Mengingat cara kerjanya yang dapat
masuk ke jaringan tanaman dan tingkat residunya bertahan lebih lama maka
pestisida jenis ini perlu diperhitungkan agar 30 Hari sebelum panen tidak
diaplikasikan kembali. Penggunaan dengan aplikasi kocor dapat digunakan sebagai
alternatif untuk mencegah kematian lebah secara langsung.
Selama ini neonicotinoid banyak
digunakan untuk penanggulangan hama dengan tipe penusuk penghisap dan perusak
daun. Kecenderungan terbaru jenis ini juga di manfaatkan sebagai pestisida
proteksi benih dan bibit. Jadi memang dibandingkan piretroid insektisida jenis
ini memiliki lebih banyak keunggulan.
Bagaimana dari sisi harga?
Gak usah khawatir dengan
harganya, karena pestisida jenis ini masih sangat terjangkau meskipun sedikit
lebih mahal dibandingkan piretroid. Kalau dibandingkan kualitasnya yang lebih
baik maka wajar saja kalau pestisida ini lebih di pilih.
Kalau di sebutkan contoh produk
dengan merk yang beredar apa saja ya?
Catat biar tidak lupa:
Imidacloprit (Topdor 10 WP,
Vendor 212 SL)
Nitenpiram (Teballo 250 SL)
Thiametoksam (Sidathiam 325 EC)
Siapkah kita dengan penggunaan
insektisida jenis Neonikotinoid?
Baca Salahsatu Produk Neonicotinoid Fenomenal
Teballo, Neonicotinoid Kualitas Juara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar