Gb. Sidaxone 276 SL
Pada kondisi persiapan lahan budidaya, petani seringkali dihadapkan pada pilihan apakah menggunakan herbisida kimia atau menggunakan cara manual?
Sebuah pilihan yang kadang bisa membuat galau pada saat sekarang. Petani dengan cara manual di satu sisi memang menghasilkan kondisi lahan yang lebih bersih dari gulmanya, tetapi butuh waktu lebih lama dan biaya yang tidak sedikit. Jumlah biaya dari upah buruh tentunya...upah harian dan upah makannya apalagi kalau tenaganya banyak dan lahannya luas.
Alternatif kedua adalah menggunakan herbisida kimia. Cara ini dinilai lebih prakti dan lebih hemat dari sisi waktu pengerjaannya...Bagaimana dengan biayanya apakah tidak lebih mahal dibandingkan manual?
Secara perhitungan, penggunaan herbisida masih lebih murah dibandingkan dengan cara manual. Hal ini mengingat cara kerja herbisida cukup dengan disemprotkan merata dengan jalan cepat. Kalau proses kematiannya juga bisa diatur apakah ingin cepat mati atau yang lambat mati...
Pada umumnya cara kerja herbisida ada dua macam yaitu yang pertama jenis Herbsidia Sistemik, dan yang kedua Herbisida Kontak. Bagaimana cara membedakannya?
Herbisida sistemik cara kerjanya melalui efek jaringan, biasanya proses kematian gulmanya lambat tetapi tingkat kematiannya menyeluruh dari ujung tanaman hingga ke akar.
Herbisida kontak cara kerjanya melalui efek bakar cairan ke bagian gulma yang terkena paparan.
Herbisida jenis ini akan mampu mematikan gulma secara cepat dalam hitungan jam akan tetapi kelemahan herbisida ini adalah kemampuan daya tumbuh kembalinya yang lebih cepat pula karena proses kematian gulma dengan herbisida ini tidak sampai ke akar.
Di antara bahan aktif herbisida kontak yang selama ini sangat familiar di kalangan petani adalah herbisida Parakuat..
Meskipun di hadapkan pada isu lingkungan yang selama ini menjadi perhatian dari jenis pestisida terbatas ini..
Masih belum ada jenis pestisida pengganti yang mampu menggantikannya secara utuh.
Penggunaan herbisida yang dikategorikan terbatas ini memang mensyaratkan adanya pengawasan dari pemerintah. Adanya kewajiban pelatihan bagi penggunanya mengharuskan kesemua perusahaan yang mendaftarkan produk ini harus memberikan pelatihan pada para penggunanya..
Adanya penelitian dugaan karsinogenik pada pestisida ini yang menyebabkan teratologi atau cacat janin mengharuskan penggunanya memiliki kewajiban kehati hatian.
Prinsip memang semua pestisida berbahaya kalau tidak digunakan dengan bijaksana.
Produk Sidaxone 276 SL sebagai herbisida produksi Petrosida Gresik telah menemani petani Indonesia dalam pengendalian gulma.
Petani budidaya pangan, hortikultura buah ataupun sayur memilih herbisida kontak SIDAXONE 276 SL mengingat produk ini memiliki kualitas kemurnian yang tinggi dengan konsentrasi 276 g/l.
Untuk produk herbisida kontak dengan konsentrasi yang lebih ringan hadir dengan merk Liuxone 150 SL dengan kandungan 150 g/l, diperuntukkan buat gulma yang lebih ringan.
Kalau untuk gulma membandel pakai Sidaxone 276 SL, kalai untuk gulma ringan pakai Liuxone 150 SL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar