
Dalam dunia kerja, mungkin sebagian dari kita tidak sadar pernah mencurangi atau bisa dibilang mencuri waktu. Parahnya lagi hal itu seakan menjadi hal yang kita anggap wajar saja. Fenomena yang banyak terjadi di lingkungan sekitar kita.
Ada yang bertanya, apakah kira-kira hal itu nanti tidak akan di mintai pertanggung jawaban di akhirat ya? Hehehe...
Nah, itu yang perlu kita pahami bersama.
Seperti apa sih yang dibilang mencurangi/ mencuri waktu itu?
Secara penjelasannya mungkin itu seperti halnya kita di beri gaji/ diberikan imbalan untuk bekerja akan tetapi kita tidak memaksimalkan waktu kita untuk bekerja secara benar, justru malah kita banyak mengerjakan hal yang kurang produktif dan kurang bermanfaat untuk pekerjaan.
Apa bisa dibilang gaji buta?
Tidak sepenuhnya seperti itu sih.
Hehehe..
Mungkin berbeda ketika di masa kita sekolah dulu ya kawan, ketika waktu ditetapkan dengan ketat dan di awasi, dalam dunia kerja kadangkala waktu ini sering kurang menjadi perhatian seiring dengan peraturan yang terhitung longgar.
Jelas untuk jadwal berangkat atau masuk kerja dan jadwal pulang adalah hal yang pasti, akan tetapi kira-kira dalam hal apa pencurian waktu itu terjadi di tempat kerja?
Mari kita renungkan bersama-sama...
Selain karyawan yang berperilaku secara benar karena memang kewajibannya atau tuntutannya, ternyata ada beberapa jenis karyawan yang masuk kategori "unik dan antik".
Yuk coba simak si Unik dan si Antik ini. Hehehehe....
Coba kita amati dan lihat di sekitar lingkungan kerja kita, apakah kita termasuk tipe-tipe karyawan Unik dan Antik seperti ini;
1. Pasukan 0704 :"Si On Time"
Tipe karyawan yang harga mati datang harus sesuai waktu dan pulang harus juga tepat waktu?
Biasa disebut sebagai pasukan 0704...masuk jam tujuh dan pulang jam 4 tepat, tidak peduli entah ada tugas atau apa. Pokoknya datang dan pulang wajib tepat waktu.
Meskipun kadang pekerjaan membutuhkan datang lebih awal untuk persiapan dadakan dan atau ketika pekerjaan yang diminta belum selesai karena alasan apapun sampai akhir jam kerja dia akan tetap pulang on time. "Pokoknya masuk jam 7 pulang jam 4, titik. On time"
Masih ada hari esok katanya...
Sebenernya bukan pada ketepatan waktunya yang salah, tetapi dalam pelaksanaan kerja tidak masalah jika di memaksimalkan waktu kerjanya, akan tetapi kenyataannya kebanyakan dia menggunakan waktu bekerjanya sering tidak bisa maksimal, masih sering waktunya melebar kemana mana dan tidak bisa menggunakan waktunya meningkatkan produktifitas.
Hal itu tetapi tidak berlaku banget soal jam datang dan jam pulang. Hehehe...
Bisa dibilang tipis memang melihat seseorang apakah benar seratus persen bekerja ataukah masih terpengaruh dengan kegiatan-kegiatan yang lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Ujung-ujungnya mereka menganggap full kerja meskipun kadang masih sempat makan minum, ngobrol santai, merokok hingga kadang sempat tidur wk..wk..wk...
Ilustrasi: Molor saat jam kerja
2. Pasukan Lembur "Ruffi"
Dalam karakter kartun, Ruffi dikenal sebagai pendekar yang mampu memelarkan tubuhnya seperti karet. Bahkan tidak bisa ditembus oleh peluru atau benda tajam sekali pun. Tipe karyawan pasukan lembur yang biasanya datang waktunya sesuai waktu masuk sih, tetapi pulangnya senengnya molor/ dimundurin biar bisa dapat lembur.
Mungkin jam masuknya dia sesuai tetapi pelaksanaan pekerjaannya senengnya di olor-olor atau dimundurin biar bisa lembur.
Tapi ini hanya berlaku untuk level karyawan yang dapat lemburan ya...xixixixi...
Pada saat pagi nampak santai-santai saja dianya, ujung-ujung akhir dekat-dekat injury time baru sibuk dan nggak selesai hingga bel pulang berbunyi.
Waduh terpaksa lembur nih menyelesaikan tugas. Sebenarnya pola kerja di injury time memang kita jumpai ada di beberapa unit seperti halnya admin yang harus melakukan proses rekap di akhir transaksi, mungkin ini juga berlaku pengecualian.
Artinya menyesuaikan waktu kerja mungkin bisa diatur dengan menggeser waktu masuk karena efektif waktu kerjanya lebih banyak di akhir pekerjaan atau mundur.
Sebenarnya pekerjaan bisa selesai pada jam dan hari kerja, akan tetapi karena dasarnya dijulukin pasukan karet/lembur ya sengaja dibuat lama biar lembur, bahkan ada yang sampai masuk di waktu libur untuk nambah jam lemburnya itu.
3. Pasukan Jago Drama
Tipe karyawan yang senang ijin, selalu ada saja alasan untuk tidak berada di kantor, mulai terlambat karena bannya bocor, kebanjiran, macet, mogok, antar anak sekolah, anak sakit, suami sakit, pembantu sakit, kucing sakit dan lain sebagainya, itu kalau alasan telat atau sekedar untuk tidak masuk.
Gak salah sih kalau memang dia alasannya untuk menghabiskan masa cuti, tetapi ada kondisi ketika mereka dibutuhkan tapi malah menghindari tugas dan pekerjaan dengan berjuta alasan.
Ketika akan dibutuhkan, selain alasan tidak masuk ada juga alasan urusan mendadak atau kendala harus keluar kantor. Intinya supaya dia tidak kena tanggung jawablah. Kalau ijin keluar kantor pun macam-macam aja alasannya atm keblokir lah, macet, dll. Kalau balik pun mesti molor waktunya.
Sampai ada juga yang model cuti bermacam alasan, keluarganya sakit, kerabatnya meninggal, antar jemput saudara...hehehe..."ada saja pokoknya sampai ijin cuti habis..bis..bis" sampai ada guyonan "memangnya om mu atau bibimu ada berapa sih kok alasan meninggal melulu....gak habis2 serinya, dari keluarga istri dari keluarga lain-lain..ada sajalah"
Ada gak temen yang seperti itu, atau jangan jangan malah kita sendiri termasuk orangnya.
Wkwkwkwkwk...
Setiap saat main drama deh, ujung-ujungnya sampai jatah cuti habis karena di ambil terus. Atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya tidak selesai.
Kebanyakan dari karyawan memang secara tidak sadar melakukan pencurian/mencurangi waktu, hal ini bisa dilihat dari produktifitas waktu yang mereka hasilkan.
Coba kita amati, pada posisi produktivitas kerja yang benar, sesuai peraturan karyawan harus sudah siap bekerja jam 07.00 WIB, akan tetapi kenyataannya memang jam 07.00 WIB mereka sudah di kantor, akan tetapi baru efektif bekerja mungkin baru setengah jam setelahnya atau bahkan lebih.
Sebutlah si X, dia sampai kantor beberapa menit sebelum sirine kantor berbunyi atau bisa di bilang "perez/ngepres", setelah itu apa yang di lakukannya ke toilet untuk menunaikan hajatnya seteleh beberapa menit, rapi-rapi mulai mencuci muka, memakai lotion hingga minyak rambut dan bersolek. Tidak cukup itu saja, setelah sampai di mejanya dia masih dengan santai membuka bekal makan dan sarapan. Ya...mungkin baru selesai setelah 30 menit setelahnya.
Berbeda lagi kalau waktu siang. Sebelum sirine istirahat berbunyi, nampak si X sudah siap-siap untuk tidur. Nanti bangunnya pun sudah pasti lebih dari jam 13.00 WIB akhir istirahat..berani juga pasang alarm dilebihkan 15 menit sampai setengah jam hehehe...
Setelah itu dia akan sholat dan lanjut makan siang hingga mungkin lebih dari setengah jam lewatnya.
Uniknya lagi kalau waktuya pulang dia akan tepat waktu dengan alasan karena rugi karena tidak ada lembur. Bahkan sepuluh menit atau setengah jam sebelum pulang sudah nyantai di depan ruang tunggu atau di ruang merokok.
Belum lagi ada juga tipe karyawan yang senang dengan hoby main gadget entah itu surfing, browsing atau malah main game di sela-sela waktu kerja.
Bukan itu saja kawan, ada juga karyawan yang kondisinya mengutamakan rokok setiap 2 jaman alasannya biar gak ngantuk atau ngilangin mulut pait. Merokoknya sebenernya sebentar tapi kadang karena sambil ngobrol jadi waktu habis buat merokok saja.
Waduh.....Weleh..Weleh...
Terus bagaimana sih yang seharusnya?
Tidak jarang juga hal ini juga ternyata dilakukan oleh pejabat-pejabat atau pemimpin-pemimpin kita hingga masif disebut sebagai "budaya ngaret dan budaya santai".
Budaya ngaret atau budaya molor justru dapat merubah orang rajin pada awalnya juga harus ikut-ikutan molor karena yang dihadapinya demikian.
Bagaimana sebenernya pandangan agama terkait hal ini?
Agama sebenarnya sudah final mengatur hal itu, bahwa setiap hak dan kewajiban sudah dibuat dan diatur artinya keseimbangan itu harus disepakati dan tidak dilanggar dengan dalih apapun yang tidak dibenarkan.
Kalau misalkan alasan melakukannya karena sudah jadi kebiasaan dan karena tidak adanya sangsi, atau karena tindakan tetap bisa berjalan karena selamat dan tidak ketahuan, itu bukan hal yang bisa diterimakan.
Memang secara fisik tindakan itu seakan tidak kelihatan mencuri, akan tetapi tingkah laku dan nilai kerugiannya juga dapat dihitung kawan. Mengambil yang bukan menjadi hak istilahnya.
Kira-kira itu potret kita atau potret dari orang-orang di sekitar kita?
Yuk instropeksi.
Menurutmu Bagaimana Kawan?
Yuk komentar menurut pendapatmu apakah ada tipe si Unik dan Antik lainnya.
Baca Info Umum lainnya: