Dengan perkembangan teknologi sekarang sudah dapat kita jumpai alat/ mesin pertanian yang sangat bermanfaat untuk kegiatan budidaya. Tercatat ada planter (mesin tanam) yang dapat disesuaikan dan dapat membantu proses penanaman lebih cepat. Pekerjaan tanam yang selama ini membutuhkan waktu sehari untuk luasan 1 (satu) hektar, cukup diselesaikan dalam hitungan jam saja.
Selain planter, kita juga mengenal mesin harvester (pemanen). Mungkin kegiatan yang sangat membuat petani stres adalah ketika buruh tanam atau buruh panen tidak tersedia saat dibutuhkan, tetapi sekarang sudah tidak seperti itu lagi karena mesin planter dan mesin harvester memberikan kemudahan buat petani pemilik lahan Untuk mengerjakan penanaman dan pemanenan dengan lebih cepat dan praktis.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, pesawat drone yang selama ini kita ketahui hanya di dimanfaatkan sebagai alat pemetaan/ penginderaan lokasi/ pengambilan gambar dari udara, sekarang telah mampu dimanfaatkan sebagai senjata perang dan sebagai pendukung pertanian.
"Kali ini kita tidak akan membahas tentang drone perang, tetapi fokus di drone pertanian ya, hehehe..."
Keterbatasan jumlah tenaga kerja di dunia pertanian, diiringi dengan semakin berkurangnya minat generasi muda yang enggan berkecimpung di dunia ini menyebabkan para pengelola lahan pertanian semakin sulit dengan pemenuhan tenaga kerja. Mulai pemenuhan kebutuhan tenaga untuk tanam, pemupukan hingga penyemprotan hama, selama ini kegiatan tersebut sangat tergantung sekali dengan tenaga buruh tani atau tenaga kerja pertanian.
Bagai mana dengan kegiatan pengendalian hama dan pemupukannya?
Teknologi drone yang selama ini dianggap hanya bermanfaat untuk penginderaan lahan ternyata dapat digunakan juga sebagai alat bantu pelaksanaan penebaran benih langsung, pemupukan granul, penyemprotan pupuk cair dan ZPK juga bisa untuk pengendalian hama dan penyakit.
Gbr. Aplikasi Penyemprotan di Lahan Tebu Menggunakan Drone
Kenali macam-macam drone pertanian:
1. Drone penebar benih
Pada prinsipnya, drone penebar benih memiliki kemampuan terbang baik dengan menggunakan 4-6 baling-baling. Penggunaan baterai sebagai suplai daya mampu menjaga drone mengudara 10-15 menit tergantung kapasitas dayanya. Pada drone jenis ini benih padi/ benih lain yang akan disebar ditempatkan pada wadah penampung di bawah drone. Kemampuan mengeluarkan benih dengan posisi drop/ dijatuhkan melalui lubang kecil dengan hembusan udara menjamin penyebaran benih jatuh di lahan lebih merata. Drone model ini memungkinkan pembudidaya meletakkan benih dilokasi yang tidak memungkinkan jika dijangkau lewat darat.
Berbeda dengan budidaya melaluui persemaian pindah tanam, penebaran benih sistem tabur benih langsung selama ini bisa dilakukan dengan menebar manual pakai tangan atau dengan paralon berlubang yang ditarik sejajar horisontal.
Cara ini masih mungkin jika lahan terbatas dan memungkinkan orang untuk melaluinya. Bagaimana dengan karakter lahan berlumpur dalam yang susah dilalui, tentunya akan merepotkan dalam penebaran benihnya.
Dengan drone yang mampu menaburkan benih sangat membantu titik-titik yang tidak terjangkau lewat darat.
2. Drone penebar pupuk
Prinsip drone penebar pupuk juga memiliki kemampuan dan spesifikasi yang hampir sama dengan drone penebar benih. Metode pengeluaran benih maupun pupuk granular juga modelnya hampir sama hanya yang membedakan adalah mulut penampang outputnya. Setelan tekanan dan model sebarannya juga ada settingannya agar material yang disebarkan dapat di distribusikan merata ke hamparan tanah.
Drone mampu di atur sehingga dapat mengeluarkan pupuk dengan jumlah tertentu. Drone jenis ini fokus pada penyebaran merata artinya pupuk bentuk padatan akan disebarkan dengan sistem jatuhan langsung dengan gravitasi atau dengan tekanan angin kompresor.
peletakan pupuk akan lebih merata dan dapat menjangkau titik yang sulit jika dijangkau melalui darat.
3. Drone spray
Berbeda dengan drone yang mendistribusikan butiran/ granulasi, drone spray diaplikasikan untuk cairan atau material yang bersifat disemprotkan. Penggunaan nozzle yang berbeda menyesuaikan kebutuhan titik jatuhan dan besaran ukuran partikel larutan cairannya.
Jenis cairan yang akan disemprotkan juga menentukan dalam pemilihan nozzlenya. Penggunaan perekat dan pembasah pada beberapa material bahan perlu ditambahkan sebagai upaya untuk memperkuat kemampuan pengendalian/ manfaat dari jenis bahan yang diaplikasikan.
Dalam penggunaan drone spray, penggunaan pestisida tetap wajib memperhatikan kaidah kemananan dan dosis takaran yang terbukti efektifitasnya. Pada kondisi aplikasi manual dibandingkan dengan mesin drone terdapat perbedaan dari sisi dosis/ takaran bahan dengan volume semprotnya. Kecenderungan volume semprot yang bisa hanya 5-10% dari material semprot manual menyebabkan takaran dosis perliternya dapat meningkat kepekatannya, tentunya ini perlu menjadi pertimbangan apakah akan berdampak pada toksisitas baik pada tanaman pokoknya atau pada lingkungan di sekitarnya.
Aplikasi drone spray mampu menjangkau luasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan aplikasi spray manual.
Pada penggunaannya, drone spray dapat digunakan pada fungsi untuk penanggulangan hama dan penyakit, pembasmian gulma dan aplikasi Zat Pengatur Tumbuh semisal Pemacu Tumbuh maupun Pemacu Kemasakan.
Salam Merdesa,
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya
Baca Selanjutnya: Mikroba Petrofish Untuk Pertanian