"Benarkah bisa?"
Pada pembudidaya komoditas organik pasti akan langsung menjawab "Bisa"
Hanya pada kenyataannya, pembudidaya pertanian organik memang membutuhkan upaya lebih ekstra dalam memenuhi kecukupan asupan hara pada tanamannya selain untuk perlindungan tanaman. Selain itu juga pembudidaya organik wajib menjaga kondisi tanamannya dari paparan kimia di sekitarnya.
"Apakah mungkin?"
Secara teorinya bisa dan sangat mungkin, tetapi secara prakteknya memang masih sangat sulit dilaksanakan jika organik yang benar-benar murni. Masih bisa, tetapi kadang hasilnya kurang maksimal tidak seperti halnya jika dikombinasi dengan bahan Kimia. Pada gaya masyarakat sehat, persyaratan organik adalah pilihan dan gaya hidup. Tentunya karena mendapatkannya lebih sulit maka harganya juga akan lebih mahal jika dibandingkan dengan tanaman budidaya biasa.
Sebutlah Budi, salah seorang pelaku budidaya organik di kota batu Malang. Dia harus selalu siap dengan fermentasi kohe peliharaannya mulai kotoran sapi, kelinci dan kambing hingga urin hewan-hewan peliharaan itu. Tantangan budidaya organik memang tidak hanya sekedar menghilangkan penggunaan pestisida, tetapi juga penggunaan pupuk dan air irigasinya. Agak repot ketika posisi lahan kita berada pada aliran air yang sama dengan pembudidaya tanaman yang ada di atas lahan kita yang jelas-jelas menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Kendla juga ketika serangan hama sudah tidak mampu dikendalikan oleh pestisida organik atau nabati.
"Syarat keorganikan kalau dari menjaga penggunaan pupuk dan pestisida kimia mungkin bisa, kalau air bagaimana?"
Sesuai persyaratan keorganikan, jika tidak bisa mendapatkan sumber air yang bisa dijamin kemurniannya pelaku budidaya organik harus mengkondisikan air yang akan masuk ke lahannya atau dengan kata lain melakukan treatment terlebih dahulu, filtering atau penyaringan istilahnya.
Penggunaan tanaman enceng gondok dan jenis teratai air yang dibudidayakan di kolam atau bak air penampung sebelum di alirkan ke lahan budidaya organik menjadi salahsatu upaya yang bisa ditempuh sebagai pelaku budidaya organik. Penyaringan aliran air dengan sabut kelapa dan pecahan arang juga ditempuh untuk menyaring kandungan kimia yang terikut air.
"Bagaimana dengan pupuk dan pestisidanya?"
Kondisi sekarang cukup mudah mendapatkan pupuk dan pestisida yang mendukung budidaya organik. Kendati membutuhkan perlakuan yang lebih intensif pola perlindungan dan pemberian nutrisi tanaman masih dapat dilakukan dengan organik.
Pestisida nabati dari ekstrak tanaman atau dari fermentasi dinilai cukup ampuh mengatasi hama dan penyakit, sedangkan untuk pupuk atau nutrisi tanaman dapat dipenuhi dengan kohe, hijauan atau pupuk organik produksi pabrikan. Kalau kondisi air bisa didapat dari pengeboran air tanah atau dari mata air pegunungan langsung yang mengalir ke lahan dengan memperhitungkan paparan kimia dari lahan budidaya yang di laluinya.
Ada beberapa produk organik dan hayati yang selama ini dapat dijadikan pilihan oleh para petani atau praktisi pertanian organik, di antaranya yang sedang di galakkan saat ini adalah.
1. Produk Pupuk Organik Granulasi.
Produk ini dibuat dengan melakukan proses granulasi dari material bahan bakunya semisal kohe maupun material organik lainnya (sisa baglog jamur, dedaunan, serabut kelapa, arang, dolomit dll. Penambahan unsur NPK didapat murni dengan pemberian bahan-bahan orgnik dan non kimia tertentu.
Contoh produk organik granulasi ini semisal Sidanik dan Baktenik, POG produksi Petrosida Gresik.
2. Fermentasi dari Kohe
Yang banyak digunakan selama ini adalah kotoran sapi/ kerbau (heman ruminansia), kotoran kambing, kelinci, ayam (unggas), dan kelelawar. Ada yang dengan sistem di hamparkan dilahan hingga kohe menjadi matang dan siap digunakan. Ada juga yang dilakukan dengan proses fermentasi dengan menambahkan mikroba pengurai pada bahannya tersebut. Diaharapkan dengan proses fermentasi akan mematikan mikroba patogen dan lebih meningkatkan ketersediaan unsur hara asli dari bahan tersebut. Pencampuran kohe dengan agen/ cairan dekomposer mampu memberikan nilai tambah pada peningkatan unsur hara yang dikandung oleh pupuk dari Kohe. Kalau yang dikenal selama ini bisa menggunakan EM-4 atau Petrogladiator.
3. Olahan Hijauan
Dipercaya selama ini untuk hijauan dari daun atau tanaman tertentu memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi semisal tanaan kacang-kacangan yang memiliki kandungan N lebih tinggi. Jerami Padi dengan kandungan Kalium dan Kulit pisang, enceng gondok, daun kelor, kulit nanas dengan kandungan phospor. Sistem perajangan bahan-bahan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pupuk basahan atau dengan dikeringkan terlebih dahulu. Bisa gabung dengan penbenah tanah.
4. Ampas/ Sisa Bahan Organik Pengolahan
Selama ini ampas pengolahan semisal pengolahan kelapa, pengolahan kedelai, pengolahan buuah dan lain-lain sering terbuang percuma. Bahan-bahan ini sebenarnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk dengan kandungan hara yang bermanfaat. Penggunaan bisa dilakukan dengan fermentasi atau dengan pencampuran organik untuk melepaskan panas dekomposisinya terlebih dahulu.
Selain dari tanaman, limbah pengolahan dari hewan juga dapat dimanfaatkan semisal jeroan hewan baik ikan maupun yang berkaki dua dan empat. Olahan ini dipercaya mengandung asam amino esensial yang sangat bermanfaat pula untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Perlu diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan asam amino yang terkandung di dalamnya.
5. Sisa Media Tanam
Selama ini yang bisa digunakan adalah bekas media tanam jamur (baglog) yang dipercaya masih memiliki kandungan organik tinggi.
Kalau dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia, memang penggunaan pupuk organik memiliki beberapa keterbatasan yaitu membutuhkan jumlah besar untuk mencapai persatuan kandungan haranya. Kalau untuk mengatasi dan mensiasati kandungan hara, penambahan mikroba hayati bisa jadi solusi khususnya untuk yang perombak organik, penambah N, pelarut P dan K dan fitohormon. Bisa jadi solusi upgrade ketersediaan kandungan unsur haranya.
Bersambung..
"Salam Merdesa"
Petani Sejahtera, Bangsa Berjaya
Baca Selanjutnya: Saptabio dan Trichosida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar