Jumat, 31 Juli 2020

RASULULLAH MUHAMMAD SAW SAKSIKU (part 3)

ALAM GHAIB


Masih ingat saat menjelang maghrib menuju kota Malang, saat melewati Mantup perbatasan Lamongan-Mojokerto, entah bagaimana ceritanya..padahal sudah sering sekali aku melewati tempat itu tetapi kenapa waktu itu jalan ke kanan itu tidak ku temukan hingga motor melaju lurus hingga sampai ke telaga itu. Astaghfirullah...di mana ini..nyasar kah? putar balik dan melaju hingga sampai lokasi yang kukenali. Kembali mengarah Malang tetapi  kenapa jalan ke kanan itu tidak juga ku temui hingga sampai ke telaga. Ada apa ini..hingga harus berhenti sejenak dan berdo'a mungkin ada yang mengganggu..sebisanya aku merapal wirid dan doa yang biasa aku dawamkan hingga kali ketiga jalan itu baru ketemu.


TITAH UNTUK BEKERJA


Saat di Malang ada satu kejadian yang selamanya akan aku kenang. Masih ingat Semester 3 menjelang ujian akhir semester, saat semua kawan kos telah pulang tinggal aku sendiri dalam kondisi sakit di kamar. Entah apa halunisasiku tengah malam itu aku terbangun tengah berada di pinggir padang rumput yang sangat luas dengan bongkahan-bongkahan besar batu cadas di dalamnya. Nampak aku ada empat pria dengan bertelanjang dada tengah bekerja keras membelah batu-batu itu dengan palu-palu besar, menyusun dan menggotongnya ke tepian melewatiku. Suara di telingaku berbisik, "ayo turun kerja" aku berontak karena aku waktu itu sedang sakit. Setiap kali aku merebah ke kanan mesti kembali mimpi yang sama..dipaksanya aku untuk turun ke lapangan untuk bekerja..ayo kerja..lihatlah mereka semua bekerja. tetap saja aku bersikeras tidak mau...Ketika dua lelaki itu mengangkat batu melewati kananku khodam itu bersuara lihat itu Abu bakar dan Umar yang ke kananmu dan lihat itu Ali dan Usman yang lewat di kirimu. Subhanallah...dahsyat sekali mimpi ini.. terus...terus...Siapa lelaki berjubah putih di atas gundukan tanah di depanku itu. Ketahuilah...itulah Rasulullah, bergetar tubuhku keringat dingin bercucuran...Rasulullah? tanyaku..."benar, kamu akan sembuh setelah jam 4, segeralah bekerja", lirih suara bisikan yang terdengar di telingaku...

Subhanallah, Masyaallah...antara kagum, takjub hingga gemetaran entah saat pagi itu demam tubuhku telah reda dan kembali sehat. Terbangun merenung..mimpi yang dahsyat...apa makna 4 (empat) itu, empat jam kah, empat hari, empat bulan, empat tahun, atau 40 tahun? aku masih menanti makna itu...

Terbersit rasa syukur pada diri ini, tidak semua orang bisa melihat pasas Baginda Rasulullah dan ke empat Khulafaur Rasyidin. Semoga menjadi berkah dalam hidup dan jadi pertanda bahwa aku tergolong orang yag baik. Aamiin. 



Bersambung.......

Kamis, 30 Juli 2020

TOPSIDA 75 WP & VALLO 525 SC

ATASI PATAH  LEHER "TEKLIK"
AKIBAT JAMUR PYRICULARIA ORYZAE



Kondisi curah hujan tinggi, biasanya petani padi akan di khawatirkan dengan serangan blas daun atau blas leher yang sering dengan sebutan "potong leher, patah leher atau teklik". Penyakit ini disebabkan oeh Jamur Pyricularia oryzae. 
Merupakan penyakit yang menginfeksi pada bagian kanopi dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk cara mengamati penyakit ini bisa dengan membuka kanopi pertanaman terlebih dahulu. Perlu diwaspadai bila terjadi rebah pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan dengan angin yang kencang.
Gejala awal berupa bercak berwarna kehitaman serta bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, dan akhirnya anakan akan mati. Akibat akhirnya tanaman menjadi rebah. Pengendalian bisa dengan cara pengeringan petakan dan biarkan tanah hingga retak sebelum dialiri lagi. Di samping itu tunggul-tunggul padi sesudah panen harus dimusnahkan atau di dekomposisi.
Selama ini karena ketidaktahuan petani,  seringkali kondisi serangan Jamur Pyricularia oryzae ini sudah masuk hingga fase generatif dan sudah tidak bisa disembuhkan karena derajat keparahan serangannya.


LANGKAH -LANGKAH PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.Selama ini varietas yang relatif tahan dari penyakit ini adalah Beberapa jenis Inpari 17,22,34,36,37,38,39,41,43),(Inpago 7,8,10,11,12), (Inpara 3, 7), (Hipa 18, 19).


  2. Hilangkan kebiasaan berbangga dengan tampilan hijaunya daun tanaman padi karena dosis pemupukan yang terlalu banyak unsur Nitrogennya. Penggunaan pupuk N (Urea) di atas dosis anjuran akan menciptakan kondisi tanaman rentan penyakit ini. Sesuaikan dengan pengechekan BWD, jika pemupukan kedua sudah dirasakan sudah cukup hijau maka penambahan urea pada pemupukan ke-3 tidak perlu dilakukan.
  3. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 HST gunakan fungisida metil tiofanat (Topsida 75 WP). Caranya bisa dengan merendam benih yang mau di tabur langsung dengan larutan fungisida dengan takaran 10 gram/ kilogram benih selama kurang lebih 3 jam kemudian di kering anginkan atau bisa juga di campurkan pada larutan air bersamaan dengan perendaman sebelum di peram.  
  4. Penyemprotan fungisida sistemik diupayakan 2 kali yaitu pada usia 30 HST dan pada awal berbunga. Selain menggunakan Topsida 75 WP dapat juga diganti Vallo 525 SC (metil tiofanat 525 g/l) atau Fenosida 255 EC (difenokonazol 255 g/l) sekaligus untuk pemacu pembungaan dan peningkatan pengisian bobot.
  5. Hindari jarak tanam rapat (sebaiknya menggunakan jajar legowo 2:1 atau 4:1). Dengan jarak rapat akan menciptakan kelembaban tinggi di sekitar tanaman dan hal ini sangat rentan terhadap munculnya blas.
  6. Mengingat pyricularia tergolong patogen tular benih maka keberadaan baik benih maupun dari sisa tunggul/pokok tanaman padi juga rawan terhadap penyebaran cendawan ini. Pembersihan bisa dilakukan dengan penyemprotan herbisida atau pemanfaatan jerami sebagai kompos dengan menggunakan dekomposer. 
Perlindungan dini mulai benih akan menurunkan potensi serangan blas baik masa vegetatif maupun generatif dan juga sebaliknya akan mampu meningkatkan potensi hasil.

"Biasakan menggunakan fungisida seed treatment :


Topsida 75 WP untuk perlindungan dini tanaman padi anda. 



"Salam Merdesa"

Petani Sejahtera Bangsa Berjaya 

Baca Selanjutnya: Pestisida Seed Treatment


Selasa, 28 Juli 2020

PRASSIDA 125 SC HERBISIDA SELEKTIF PEMBASMI GULMA PADI




Gulma dalam budidaya tanaman padi adalah salah satu faktor pengganggu  yang mampu menurunkan produktifitas hingga lebh dari 30 %. Hal ini dikarenakan gulma di areal pertanaman padi akan menjadi kompetitor  utama penyerapan hara yang dominan bagi tanaman padi. 
Apabila dalam sistem budidaya petani telat melakukan penanggulangan gulma, maka sudah bisa dipastikan kelak dia akan mengalami kesulitan dalam pemberantasannya dan sudah bisa dijamin pula pertumbuhan tanaman padinya tidak akan maksimal.
Dalam artikel sebelumnya https://www.guntursulistiawan.com/2020/07/atasi-gulma-di-padi-sawah.html, ada beberapa jenis gulma yang dominan tumbuh di pertanaman padi. 


Prassida 125 EC adalah Herbisida berbahan aktif Natrium bispiribak. 

Cara kerja herbisida ini adalah sodium bispiribak diserap melalui permukaan daun kemudian ditranslokasi ke seluruh tanaman untuk menghambat aktivitas enzim Acetolactate synthase (ALS) yang mengakibatkan kematian pada gulma (Shimin and Jun, 2011).

Senyawa aktif Pyrimidin Dimethoxy Sodium Benzoat dalam Natrium Bispiribak yang melakukan penghambatan terhadap enzim Acetolactate synthase (ALS) dan biosintesis dari tiga cabang asam amino yaitu valin, leusin dan isoleusin.

Penghambatan ini mengganggu pembelahan sel dan menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman seperti klorosis tanaman, nekrosis dan kematian pada tanaman tersebut. Selektivitas herbisida ditentukan oleh adsorpsi, translokasi dan metabolisme diferensial.

Karakteristik penggunaan sodium bispiribak ini akan diaplikasikan pada padi sebagai penyemprotan pasca kemunculan (postemergence), setelah tahap kemunculan 3 daun sampai inisiasi malai pada tahap perkembangan.

Sejumlah studi menunjukkan adanya indikasi pencucian (leaching) dan limpasan (run off), hal ini terjadi karena sifat air yang rentan terhadap aliran semprot dan potensi limpasan (run off) akibat banjir atau curah hujan yang tinggi. Tanah liat yang berasosiasi dengan padi sawah cukup untuk menghilangkan retakan, pencucian (leaching) tidak mungkin berasal dari sawah yang telah dirancang khusus untuk mempertahankan genangan permanen.

Apabila tanah liat pada padi sawah tersebut kelebihan air maka akan menjadi jenuh sehingga pencucian (leaching) juga dapat terjadi. Kemungkinan pencucian (leaching) juga terjadi saat air irigasi dikeluarkan dari sawah, namun potensi senyawa ini untuk pencucian (leaching) dapat di atasi dengan tingkat aplikasi yang rendah (US EPA, 2001). Dibawah kondisi lahan, residu sodium bispiribak yang mencapai permukaan tanah akan cepat hilang. (United States Environmental Protection Agency) 




KARAKTER NATRIUM BISPIRIBAK


Natrium Bispiribak mengendalikan gulma teki-tekian, gula berdaun lebar dan gulma berdaun sempit

Natrium Bispiribak memiliki waktu aplikasi yang panjang atau 10-25 hari setelah tanam

Natrium Bispiribak diaplikasikan ketika gulma sudah muncul/ purna tumbuh dari 2-5 daun (post emergence)

Natrium Bispiribak aman untuk tanaman padi

Natrium Bispiribak diserap cepat dalam gulma dan hasilnya tidak terpengaruh jika terjadi hujan setelah 6 jam aplikasi

Natrium Bispiribak konsentrasi (20-30 ml)/ tangki 15 liter.

Natrium Bispiribak lebih hemat biaya dan dapat dicampur dengan herbisida lain.

GULMA SASARAN






METODE APLIKASI



  1. Pastikan lahan dalam kondisi basah/ lembab.
  2. Pastikan jenis gulma yang tumbuh dominan jenis yang mampu dikendalikan.
  3. Untuk menghomogenkan larutan, kocok herbisida dalam kemasan botol dengan baik sebelumnya.
  4. Lakukan penyemprotan di pagi hari (di bawah jam 9, saat stomata daun membuka)
  5. Gulma yang menjadi sasaran harus terkena semprotan langsung dan merata  
  6. Gunakan Nozzle kipas atau Flood jet nozzle.. 
  7. Untuk hasil maksimal kondisikan penyemprotan lahan (diperkirakan tidak terkena hujan kurang dari 6 jam à waktu yang dibutuhkan larutan merasuk sampai ke akar).
  8. Pada 2-3 hari setelah aplikasi, masukkan dan genangi lahan.
  9. Biarkan menggenang minimal 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan dan menghindari/ menekan pertumbuhan gulma baru.
  10. Proses kematian mulai nampak, proses keracunan & pembusukan akar (4 HSA), mulai menguning (8 HSA), Layu dan Merebah (di atas 12 HSA)

!!!PERINGATAN!!










PERHATIAN-LARANGAN

  1. Jangan mengaplikasikan PRASSIDA 125 SC sebagai campuran pupuk atau pasir
  2. Sebelum aplikasi PRASSIDA 125 SC, keluarkan/buang air dari lahan dan biarkan lahan dalam kondisi basah/ lembab.
  3. Jangan mengaplikasikan Prassida 125 SC ketika gulma terendam air/ air tergenang tinggi.
  4. Permukaan gulma harus keluar dari air sehingga aplikasi Prassida 125 SC wajib mengenai bagian/ permukaan gulma
  5. Jangan mengaplikasikan PRASSIDA 125 SC jika diperkirakan terjadi hujan sebelum 6 jam setelah aplikasI.
  6. Jangan mencampur (tank mix) PRASSIDA 125 SC dengan pestisida berbahan aktif sulphur dan tembaga.





PENYEBAB KEGAGALAN APLIKASI

  1. Penyemprotan gulma pada kondisi lahan kering, atau lahan terlalu menggenang.
  2. Gulma kondisi belum tumbuh, gulma berada terendam dalam air, gulma terlalu besar.
  3. Gulma bukan jenis yang mampu dikendalikan.
  4. Turun hujan kurang dari 6 jam setelah penyemprotan.
  5. Tidak dilakukan penggenangan setelah 2 HSA
  6. Dosis aplikasi terlalu rendah
  7. Aplikasi tidak merata ke permukaan gulma
SA

"SALAM MERDESA" 

PETANI SEJAHTERA BANGSA BERJAYA