Kendala yang dihadapi oleh petani pada musim tanam ke-2 selain dengan bermunculannya serangan hama wereng dan penggerek batang adalah muncul asem-asemen atau yang sering disebut petani lahan "ambles/ amblas".
Kondisi tanah masam pH di bawah 7 (tujuh) memperparah kondisi pertumbuhan tanaman. Padi yang berada pada kondisi masam akan mengalami pembusukan akar dan pada akhirya akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat lalu menjadi mati. Sering kita jumpai di lahan sawah adalah tanaman akan nampak menguning dan lama2 akan melayu.
Kalau dilakukan pencabutan akan dijumpai terjadi pembusukan pada bagian akarnya. Hal ini diperparah dengan ketidaktahuan petani yang segera menambahkan pupuk dengan harapan tanaman akan pulih akan tetapi justru tanaman tidak semakin baik tapi semakin ambles mempercepat kematiannya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Pada kondisi lahan yang lebih sering tergenang dan dengan pengolahan lahan minimal akan sangat rentan terjadinya asem2an. Kondisi pelapukan sisa jerami pada musim tanam sebelumnya pada musim tanam ke-1 yang kurang baik (sebagai akibat petani langsung melakukan pengolahan kembali paska pemanenan) disinyalir menjadi salah satu sebab dominan kejadian ini.
Sebagai anjuran memang sebaiknya petani melakukan pengolahan lahan sempurna dengan membajak kembali lahan dan membenamkan sisa jerami ke tanah serta memberikan cukup waktu untuk serasah sisa jerami terdekomposisi sempurna. Cara pengembalian jerami ke lahan juga dapat dibarengi dengan pemberian dekomposer untuk mempercepat tingkat pelapukan sisa material organik yang terdahulu. Pemberian pupuk dekomposer semisal Petrogladiator atau penambahan kaptan untuk mereduksi sifat kemasaman tanah dinilai cukup berhasil mengatasi kendalam tanah masam ini.
Pada budidaya tanaman sekarang ini sudah dikenal pupuk hayati yang memiliki multifungsi. Selain berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik, pupuk ini dapat merombak material pupuk menjadi lebih tersedia agar lebih mudah diserap tanaman. Kandungan metabolit yang dihasilkan oleh mikroba yang terkandung di dalamnya mampu berfungsi sebagai ZPT dan bahkan ada yang sudah memiliki kemampuan anti patogen.
Di antara jenis pupuk hayati yang terbaru saat ini dengan kandungan 7 mikroba Indogenous Indonesia yang tentunya sudah terbukti tahan dengan iklim negara di khatulistiwa telah mampu dihasilkan oleh salahsatu cucu perusahaan usaha BUMN Pupuk Indonesia yaitu Petrosida Gresik.
Dikenal dengan nama "Saptabio" yang merupakan simbol (7) tujuh mikroba dan hayati/bio, produk ini telah terbukti mampu meningkatkan hasil budidaya tanaman pada bermacam komoditi. Fungsi pupuk hayati ini selain pelarut organik yang handal (dekomposer), penambat unsur Nitrogen, pelarut Kalium dan Phospat, Unsur Fitohormon/ ZPT yang menjadi booster tanaman juga memiliki kemampuan anti patogen.
Fungsi dari pupuk ini dapat dibuktikan oleh petani pembudidaya yang telah menggunakannya. Dari pemaparan dan pengamatan langsung di lapangan, pupuk Saptabio dapat mengoptimalkan penyerapan pupuk. Jika penggunaan pupuk urea, phospat dan kalium yang selama ini disinyalir banyak terbuang atau tidak terserap oleh tanaman dapat di larutkan menjadi mudah terserap dan termanfaatkan secara optimal. Dengan kata lain maka penggunaan pupuk dapat lebih efisien dan dapat dikurangi sesuai kondisi tanaman.
Hal lain yang nampak adalah dari fisik tanaman yang lebih segar. Pada kebanyakan tanaman memasuki panen kenampakan tanaman akan mengering tetapi berbeda halnya dengan tanaman yang menggunakan pupuk ini akan nampak lebih segar dan hijau. Selain warna, kenampakan batang, lebar daun dan kemunculan bunga dan bakal buah lebih serempak, lebih banyak dan lebih berisi. Tidak seperti tanaman yang murni hanya menggunakan pupuk kimia, penggunaan pupuk hayati selain mereduksi pemakaian pupuk kimia karena peningkatan keoptimalan penyerapan hara, hasil tanaman, dantingkat ketahanan dipenyimpanannya lebih baik. tidak mudah pecah dan busuk.
Fungsi fitohormon yang dihasilkan oleh komponen mikroba kandungannya menampilkan fisik tanaman dan hasil buah, bulir atau biji yang lebih segar, lebih besar dan lebih mengkilat. Hal yang juga disadari oleh para pengguna pupuk ini adalah minimnya serangan penyakit khususnya penyakit yang menyebar melalui tanah. Hal ini disebabkan karena keberadaan mikroba perombak selulosa yang memiliki kemampuan anti patogen streptomyces sp dan trichoderma sebagai salahsatu mikroba utama yang terkandung dalam Saptabio.
Dari hasil ubinan penggunaan Saptabio pada budidaya padi di lahan Desa Banjarsari Kecamatan Cerme Gresik di peroleh 7,36 kilo dan apabila dikalikan 1600 maka akan diperoleh tonase 11,8 Ton. Setelah dikali faktor koreksi 15 % maka diperoleh hasil sekitar 10,05 Ton. Hasil yang lumayan besar.
Dari lahan yang terkena asem2en ternyata dapat pulih dan menghasilkan panenan yang tinggi.
Bangga Jadi Petani,
Bangga Pakai Produk Anak Bangsa
Gunakan Saptabio
Petani Sejahtera, Bangsa Berjaya
Baca lainnya: